Mohon tunggu...
Maria Fauzi
Maria Fauzi Mohon Tunggu... -

I am a mother. The student of universe. Love to read and write. Always impressed with the beauty of nature. And very excited to learn and know about other cultures.\r\n\r\nJabat erat !

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Pesona Masjid Biru Şehitlik

19 Juni 2016   10:18 Diperbarui: 20 Juni 2016   00:41 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah muslim di Jerman semakin berkembang meskipun tercatat sebagai kaum minoritas. Tak hanya Turki, warga muslim keturunan Arab dan Asia juga turut meramaikan keberagaman corak Islam di Jerman. Tentu saja, hal ini beriringan dengan semakin banyaknya jumlah masjid sebagai pusat ibadah.

Kebetulan saya sedang tinggal di ibu kota Jerman, Berlin, yang konon mempunyai penduduk muslim sekitar 200,000 mencakup penduduk lokal dan asing. Saya berangan-angan untuk bisa berkunjung ke setiap masjid yang memiliki corak berbeda-beda. Salah satunya adalah Şehitlik, sebuah masjid Turki terbesar di Berlin. Beruntung, beberapa waktu lalu saya berkesempatan untuk singgah dan menikmati kemegahan masjid yang bernuansa biru abu-abu tersebut.

Blue Mosque-nya Berlin

Suatu hari, ditemani suhu Berlin yang lumayan hangat, saya beserta seorang kawan berkunjung ke masjid Şehitlik. Lokasinya tak jauh dari bandara Tempelhof yang dahulu difungsikan Hitler ketika Perang Dunia II. Ketika bis berhenti di halte Columbiadamm nampak beberapa gadis Turki berlalu-lalang di depan sebuah pintu gerbang yang agak tinggi. Saya sempat heran karena tidak terlihat satu pun bangunan masjid. Namun begitu masuk gerbang, seketika saya seperti berada di Istanbul. Bangunan masjid ini mirip sekali dengan Blue Mosque yang ada di Turki. Nampak megah dan indah.

Saya perhatikan bangunan-nya masih terlihat baru. Tenyata benar, dari sebuah batu prasasti di dekat pintu gerbang tertulis masjid ini dibangun tahun 1999 dan mulai digunakan tahun 2005. Awalnya kompleks masjid Şehitlik merupakan sebuah area pemakaman kuno. Konon, beberapa petak tanah diberikan oleh kerajaan Prusia kepada Turki dibawah kerajaan Ottoman pada abad 1863 M. Sebelum masjid ini dibangun pada tahun 1999, lokasi ini juga berfungsi sebagai pusat kebudayaan Turki.

Menurut beberapa informasi yang saya peroleh, Şehitlik dalam bahasa Turki berarti Syahid. Tebakan saya, arti kata ini sengaja disematkan untuk beberapa diplomat Ottoman yang meninggal ketika bertugas di Berlin yang dahulunya merupakan kerajaan Prusia.

Pemakaman di Halaman Masjid

Dari arah pintu masuk saya langsung disuguhi sebuah pemakam. Uniknya, pemakaman tersebut berada persis di halaman depan masjid. Jumlahnya tidak terlalu banyak, mungkin puluhan. Ada yang tercatat meninggal seratus tahun yang lalu atau lebih. Batu-batu nisan yang terbuat dari marmer berwarna gelap memenuhi area pemakaman sebagai identitas terakhir para almarhum. Yang membuat saya kaget adalah sebuah makam seseorang yang berasal dari Indonesia. Saya bisa melihat dari batu nisan yang berdiri tegak di atas kuburan tersebut.

Saya perhatikan, setiap batu nisan ada nama almarhum lengkap dengan tanggal lahir dan tanggal meninggal. Hanya ada beberapa yang nampak besar dan istimewa. Salah satunya adalah seorang diplomat kerajaan Ottoman yang dikirim ke Prusia. Dengan pagar berwarna putih makam ini nampak lebih mencolok dan menarik perhatian.    

Arsitektur Khas Turki

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Dome ukuran besar dengan  dua menara kembar setinggi 37 meter membuat saya terkesima tak henti-henti. Terlebih dipadukan dengan warna cerah biru yang menghiasi langit Berlin. Sangat menawan. Puluhan anak-anak remaja, mungkin setingkat SMP, berkumpul dipandu oleh sang guru terlihat berpose di depan masjid. Saya pun tak mau ketinggalan mengabadikan diri, juga beberapa slide foto masjid biru nan cantik ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun