Mohon tunggu...
LA2KP
LA2KP Mohon Tunggu... Mahasiswa - Lembaga Analisis dan Advokasi Kebijakan Publik UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Lembaga Analisis dan Advokasi Kebijakan Publik (LA2KP) merupakan sub unit jurusan Administrasi Publik FISIP UIN Sunan Gunung Djati Bandung yang diresmikan pada tahun 2019 yang bergerak dalam mengkaji isu-isu terkini yang berkaitan dengan kebijakan publik, memberikan pelatihan dan advokasi kebijakan, serta melakukan riset dan analisis yang bekerjasama dengan lembaga ataupun instansi pemerintahan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sisa Anggaran: Antara Peluang Invetasi dan Keterbatasan Birokrasi

12 Oktober 2023   10:35 Diperbarui: 12 Oktober 2023   10:47 465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penulis : Shofa N, Mahasiswa Administrasi Publik UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Sisa Lebih Perhitungan Anggaran atau SILPA adalah kelebihan dana yang tersisa setelah semua pengeluaran dan kewajiban keuangan telah dipenuhi dalam suatu periode anggaran. SILPA bisa muncul ketika penerimaan lebih besar daripada pengeluaran atau ketika pengeluaran lebih kecil daripada penerimaan yang direncanakan. Pengelolaan SILPA yang bijak sangat penting karena dapat memengaruhi kemampuan pemerintah atau organisasi untuk memberikan layanan publik yang efektif, melunasi utang, berinvestasi dalam proyek-proyek penting, atau menyimpannya sebagai cadangan untuk masa depan.

Di Indonesia, sisa anggaran pemerintah yang tidak digunakan pada akhir tahun sering kali mencapai jumlah yang cukup besar. Sebagai contoh, pada tahun 2021, berdasarkan data dari Kementerian Keuangan Indonesia, sisa anggaran pemerintah pusat mencapai sekitar Rp 108 triliun pada bulan Desember. Angka ini mencerminkan jumlah yang cukup besar, dan kita harus mengingat bahwa anggaran ini bisa digunakan untuk berbagai program pembangunan seperti pembangunan rumah sakit, sekolah, atau proyek-proyek infrastruktur yang penting bagi masyarakat.

Namun, apa yang lebih mengejutkan adalah bahwa di tengah sisa anggaran yang melimpah ini, masih ada jutaan warga Indonesia yang menghadapi kesulitan dalam mendapatkan akses ke layanan kesehatan dan pendidikan yang mendasar. Menyadari bahwa sumber daya yang sedemikian besar ini tidak dialokasikan secara efektif dan bijak untuk kepentingan masyarakat adalah hal yang memicu pertanyaan serius. Dalam konteks seperti ini, kita harus mempertanyakan mengapa pemerintah mengalami kesulitan dalam mengarahkan sumber daya ini dengan lebih baik untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya.

Sisa anggaran memiliki potensi besar untuk menjadi peluang investasi yang strategis untuk masa depan negara Indonesia. Ada beberapa cara yang dapat diambil untuk mengoptimalkan penggunaan sisa anggaran ini. Salah satunya adalah dengan mengalokasikan sebagian sisa anggaran untuk mendanai proyek-proyek yang strategis, seperti proyek infrastruktur, pendidikan, atau kesehatan, yang akan mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, sebagian sisa anggaran dapat dialokasikan untuk pembentukan dana cadangan, yang akan membantu negara menghadapi keadaan darurat atau biaya tak terduga di masa depan.


Investasi keuangan dalam instrumen seperti obligasi, saham, atau reksa dana juga dapat menghasilkan pendapatan tambahan yang dapat digunakan untuk membiayai program-program yang lebih besar. Selanjutnya, pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia akan meningkatkan kompetensi tenaga kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Investasi dalam teknologi dan inovasi akan meningkatkan efisiensi operasional dan daya saing negara, sementara pengurangan utang akan memperkuat kesehatan keuangan nasional. Dengan perencanaan yang bijak dan transparansi dalam pengelolaan sisa anggaran, Indonesia dapat memanfaatkan sisa anggaran ini sebagai modal untuk membangun masa depan yang lebih kuat dan berkelanjutan.

Sisa anggaran atau SILPA dalam konteks birokrasi pemerintahan dapat memiliki dampak yang bervariasi tergantung pada bagaimana birokrasi tersebut mengelolanya. Di satu sisi, jika sisa anggaran tidak dikelola dengan baik, hal ini dapat mengakibatkan inefisiensi dan pemborosan sumber daya. Pengalokasian dana yang tidak tepat atau perilaku "Use It or Lose It" di akhir tahun anggaran dapat menjadi penyebab utama pemborosan ini. Kurangnya insentif untuk mencapai efisiensi juga dapat menjadi masalah, karena birokrasi mungkin tidak memiliki dorongan untuk menghemat anggaran.

Namun, di sisi lain, sisa anggaran juga dapat digunakan sebagai alat untuk mengatasi keterbatasan birokrasi. Misalnya, dengan realokasi yang bijak, sisa anggaran dapat digunakan untuk mendukung program atau proyek yang lebih prioritas atau mendesak, membantu birokrasi memenuhi kebutuhan masyarakat dengan lebih baik. Memberikan insentif kepada unit atau departemen yang mengelola anggaran secara efisien juga dapat mendorong praktik penghematan. Selain itu, penggunaan sisa anggaran untuk investasi dalam pengembangan kapasitas birokrasi, seperti pelatihan pegawai atau perbaikan sistem teknologi informasi, dapat meningkatkan kemampuan birokrasi dalam memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat.

Dalam hal ini, manajemen sisa anggaran perlu dilakukan dengan hati-hati dan strategis untuk memaksimalkan manfaatnya. Dengan pengawasan yang ketat, perencanaan yang matang, dan insentif yang sesuai, sisa anggaran dapat menjadi alat untuk meningkatkan efisiensi dan kinerja birokrasi serta mendukung tujuan pelayanan publik yang lebih baik.

Pemerintah Indonesia memiliki kesempatan besar untuk mengalokasikan sisa anggaran dengan bijak dan efisien untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan mengoptimalkan sumber daya ini, pemerintah dapat mencapai tujuan pembangunan yang lebih baik dan memberikan manfaat nyata kepada rakyat Indonesia. Transparansi dan akuntabilitas dalam penggunaan anggaran juga harus ditingkatkan untuk memastikan penggunaan yang tepat dan efisien. Dengan kombinasi tindakan yang bijaksana dan perbaikan dalam manajemen anggaran, Indonesia dapat menjembatani kesenjangan antara sisa anggaran yang melimpah dan kebutuhan masyarakat yang masih terpenuhi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun