Mohon tunggu...
Kakthir Putu Sali
Kakthir Putu Sali Mohon Tunggu... Administrasi - Pecinta Literasi

Merindu Rembulan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi ǀ Bak Kacang Lupa Kulitnya

13 Maret 2018   20:20 Diperbarui: 14 Maret 2018   01:09 2370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Newatlas.com

Jika cahaya senja pulang ke peraduan,  saat itu pula semua pulang ke pondokan,  berkumpul bersama keluarga, ada kehangatan di meja makan

Namun itu dulu,  sekarang bak kacang lupa kulitnya,  telat pulang makan di luar,  hingga suasana meja sunyi nan sepi

Suara seruling gembala mendayu-dayu,  mengiringi hewan gembala dengan lagu,  ladang dan pesawahan hijau yang ditujuh, tanpa ragu rumput habis di siang itu.

Namun itu dulu,  bak kacang lupa kulitnya,  seruling indah di tukar gawai,  tuk memutar lagu kesenangan,  sawah dan ladang pun terkikis abis di sulap perumahan.

Semua berubah, lupa pada asal-usulnya,  teknologi jadi tuanya,  walau kadang terjadi tipu daya

Seperti kacang lupa kulitnya,  sejak bangun pagi buta,  bukan ibadah dulu yang utama,  namun gawai asmara di bukanya.

Jaman sudah berubah,  semua Serba ada,  lebih mudah menjangkaunya,  tak pedulikan nasib tukang beca

Kacang lupa kulitnya,  hanya gawai menjadi pegangannya,  suara orang tua kadang di bantahnya,  suara kekasih di utamakanya

"sudah makan belum sayang"

"jangan lupa minum obatnya"

Kata berbisa dari kekasih tercinta

Kata orang tua cukup di dengarkannya

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun