Jika cahaya senja pulang ke peraduan, saat itu pula semua pulang ke pondokan, berkumpul bersama keluarga, ada kehangatan di meja makan
Namun itu dulu, sekarang bak kacang lupa kulitnya, telat pulang makan di luar, hingga suasana meja sunyi nan sepi
Suara seruling gembala mendayu-dayu, mengiringi hewan gembala dengan lagu, ladang dan pesawahan hijau yang ditujuh, tanpa ragu rumput habis di siang itu.
Namun itu dulu, bak kacang lupa kulitnya, seruling indah di tukar gawai, tuk memutar lagu kesenangan, sawah dan ladang pun terkikis abis di sulap perumahan.
Semua berubah, lupa pada asal-usulnya, teknologi jadi tuanya, walau kadang terjadi tipu daya
Seperti kacang lupa kulitnya, sejak bangun pagi buta, bukan ibadah dulu yang utama, namun gawai asmara di bukanya.
Jaman sudah berubah, semua Serba ada, lebih mudah menjangkaunya, tak pedulikan nasib tukang beca
Kacang lupa kulitnya, hanya gawai menjadi pegangannya, suara orang tua kadang di bantahnya, suara kekasih di utamakanya
"sudah makan belum sayang"
"jangan lupa minum obatnya"
Kata berbisa dari kekasih tercinta
Kata orang tua cukup di dengarkannya