Mohon tunggu...
Kutu Kata
Kutu Kata Mohon Tunggu... -

No comment

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Filsuf Dan Raja

18 Juni 2012   17:59 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:48 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hei raja, enyahlah kau dari hadapanku!. Teriak filsuf itu pada raja.
filsuf itu atau mungkin lebih pantas disebut seoarng gipsy. Kata-katanya bertuah, ia bisa menyembuhkan orang sakit hanya dengan kata-kata. Ia bisa memberikan spirit kepada orang-orang hanya dengan kata-kata. Setiap kata yang diucapkannya adalah mantera. Mantera bagi orang-orang yang mau mencari arti dari kata-katanya.

Sang filsuf tengah berendam di bak mandi ketika itu raja datang bersama rombongannya.

Pantaskah kau menghalangi pandanganku wahai raja?.
Akulah rajamu yang lebih pantas kau pandang!. Teriak raja pula.
Tahukah kau apa yang sedang ku pandang?. Poros hidup.
Bukankah aku poros hidupmu?. Yang bisa menentukan mu mati atau hidup. Kata raja sombong.
Aku atau kamu sekalipun bukanlah poros hidup. Aku sedang memandang matahari poros hidupku dan kamu wahai raja.

Pengawal tangkap gembel itu!, bakar di alun-alun untuk menjadi kisah bagi orang-orang yang menghina raja.

Pilsuf gembel itu disalib pada sebuah tiang kayu. Dibawahnya telah bertumpuk rapi kumpulan kayu-kayu yang telah siap membakarnya.

Pesan terakhir apa lagi yang akan kau sampaikan?. Tanya sang pendeta sebelum membacakan do'a kematian.

Wahai raja!, engkaulah raja di raja jika engkau bisa menerbitkan matahari di ufuk barat dan menenggelamkannya di ufuk timur?.
Aku akan tunduk padamu, jika kamu sanggup wahai raja.

Ditantang seperti itu, raja cuma diam.

Bagaimana kau akan sanggup, sang mataharinya pun tak sanggup memindahkan dirinya sendiri.

Filsuf gembel itu semakin mengoceh tak karuan.

Benar Copernicus bilang, bumi itu bulat bukan datar. Aku, kamu dan bumi yang kita tempati ini mengitari matahari. Mataharilah poros kehidupan alam semesta, bukan manusia atau kamu wahai raja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun