Mohon tunggu...
Zainul Kutubi
Zainul Kutubi Mohon Tunggu... Administrasi - Menceritakan sesuatu lewat tulisan

Suka menulis puisi di tumblr: tulisanzainn.tumblr.com | ig: @zkutubi | twitter: @Al_kutub | Email: Al_kutub@ymail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Betawi dalam Prosa: Menggali Sastra Betawi Melalui Naskah Pecenongan

25 November 2020   23:56 Diperbarui: 26 November 2020   00:06 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku bunga rumpai: sastra betawi, berisi 5 hikayat (sumber: foto pribadi)

Setiap negara di dunia pasti memiliki suku bangsa. Dan tiap suku bangsa tentu mempunyai kesustraannya sendiri. Sastra sendiri terbagi menjadi dua yaitu, sastra lisan dan tulis. Namun, tidak semua negara mempunyai peninggalan tertulis dari masa lalu. Sebagai negara multi etnik yang di dalamnya terdapat berbagai macam suku bangsa, Indonesia termasuk salah satu negara yang kaya akan peninggalan naskah kuno atau manuskrip.

Bentuk naskah kono ialah naskah tulisan tangan (baik yang ditulis menggunakan pena atau pensil). Dalam artikel ini kita akan membahas mengenai prosa lama. Prosa adalah karangan yang bentuknya bebas tapi terikat, prosa dibagi menjadi dua yaitu; prosa lama dan prosa baru.

Prosa lama meliputi; cerita, dongeng, hikayat, silsilah. Sedangkan prosa baru meliputi; cerita pendek, novel, roman, dan lain-lain.

Betawi, merupakan salah satu suku bangsa Indonesia yang penduduknya bertempat tinggal di Jakarta dan sekitarnya. Sebagai suku bangsa, Betawi tentunya mempunyai bahasa yang biasa disebut dengan Bahasa Betawi, atau dialek Betawi.

Sastra Betawi menarik utuk dibahas, karena sastra mencerminkan budaya sebuah suku bangsa. Hal ini dapat mengungkapkan bagaimana transformasi Jakarta yang diduduki etnis Betawi, dari  sebuah kampung menjadi kota megapolitan di Indonesia.

Seperti suku bangsa lainnya yang ada di Nusantara, masyarakat Betawi telah bergelut dalam aktivitas kesusastraannya jauh sebelum Indonesia merdeka. Masyarakat Betawi tempo dulu misalnya, sudah lama mengenal hikayat, legenda, pantun, syair.

Orang Betawi dulu telah terbiasa mendengarkan dongeng atau hikayat yang disampaikan tukang cerita atau sahibul hikayat. Hikayat yang paling terkenal dan sering didengar ialah Hikayat Sultan Taburat, Hikayat Abdulqadir Jailani, dan lain-lain.

Kesusastraan bisa hidup karena ada masyarakat yang terlibat di dalamnya. Contohnya, ada pengarang yang menulis karya sastra, ada pembaca yang membaca hasil karya tersebut, ada tukang cerita atau sahibul hikayat yang menceritakan hikayat-hikayat tersebut. Siklus itu yang membuat suatu kesusastraan akan terus hidup.

Sastra Betawi sebagai bagian dari Sastra Melayu telah ada sejak lama. Namun, dewasa ini tidak banyak masyarakat umum atau masyarakat Betawi itu sendiri yang mengetahuinya.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Permuseuaman Provinsi DKI Jakarta dalam buku Bunga Rampai: Sastra Betawi (2002) mengatakan, tujuan diterbitkannya buku Sastra Betawi adalah untuk mengungkapkan Sastra Betawi abad ke-19, sebagai salah satu aspek dari khazanah kebudayaan yang lama terpendam di daerahnya sendiri.

Seperti yang kita ketahui naskah-naskah kuno atau manuskrip sastra Betawi abad 19 banyak dikaji oleh para pakar sastra lama dari Universitas Leiden Belanda dan Leningrad Rusia, sejak tahun 1980-an.

Namun, di Negrinya sendiri baru muncul kembali dan dikaji awal dekade 2000-an. Dan Masyarakat cendrung belum mengetahui sastra Betawi lama atau naskah-naskah Pecenongan, karena memang referensi buku yang berkaitan dengan naskah tersebut dicetak secara terbatas, dan kebanyakan dipasarkan hanya untuk pelajaran Muatan Lokal saja di tingkat SLTP.

Katalog naskah pecenongan (sumber: foto pribadi)
Katalog naskah pecenongan (sumber: foto pribadi)

Sampai akhirnya tahun 2013 Perpustakaan Nasional (Perpusnas) mengadakan pameran tematik Naskah kono Nusantara dengan tema "Naskah Pecenongan Koleksi Perpustakaan Nasional; Sastra Betawi Akhir Abad ke-19".

Dalam pameran tersebut selain menampilkan informasi yang berkaitan dengan sastra Betawi, juga menampilkan bentuk fisik dari naskah-naskah pecenongan yang dimiliki dan dikoleksi oleh Perpustakaan Nasional.

Tujuan diadakannya pameran tersebut tentu untuk mensosialisasikan penelitian naskah-naskah kuno kepada generasi muda. Selain itu dengan diadakannya pameran tersebut diharapkan dapat menarik peneliti, budayawan, masyarakat Betawi untuk memahami dan mempelajari lebih dalam warisan budaya di Negrinya sendiri.

Setelah itu pada tahun 2014 terbit sebuah buku karangan Hendri Chambert Loir yang berjudul Iskandar Zulkarnain, Dewa Mendu, Muhammad Bakir dan Kawan-kawan: Lima Belas Karangan tentang Sastra Indonesia Lama. Buku tersebut berisi 15 artikel yang dituluis dalam rentang waktu 35 tahun antara 1975-2013.

Dengan semakin banyaknya referensi yang mengkaji  Sastra Betawi, mudah-mudahan menggerakkan minat masyarakat Betawi untuk membaca dan mengetahui tentang khazanah budayanya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun