Filsafat juga berkontribusi pada Epistemologi, cabang filsafat yang membahas tentang pengetahuan: asal-usul,batas, metode, dan validitasnya. Mencari jawaban atas pertanyaan: Bagaimana kita tahu? Apa yang bisa dianggap benar? Epistemologi membahas bagaimana cara mengetahui kebenaran dalam ilmu.
Epistemologi lahir dalam perdebatan panjang, dalam khasanah ilmu filsafat. Apakah pengetahuan berasal dari rasio (rasionalisme), pengalaman indrawi (empirisme) atau gabungan atau kombinasi keduanya?
Filsafat tidak hanya menanyakan “apa yang ada” (Ontologi), tetapi juga “bagaimana kita tahu yang ada itu." Ilmu pengetahuan modern pun sejatinya berdiri di atas dasar epistemology. Metode ilmiah, logika, dan verifikasi adalah produk dari refleksi epistemologis.
Lain halnya dengan Aksiologi. Cabang filsafat yang membahas tentang nilai: baik-buruk, indah-jelek, benar-salah, bermanfaat-tidak. Mencari jawaban atas pertanyaan: Untuk apa pengetahuan itu digunakan? Apa nilai dan tujuan dari pengetahuan? Aksiologi, menilai untuk apa ilmu digunakan dalam kehidupan
Dalam ilmu filsafat, aksiologi melahirkan etika (nilai moral), estetika (nilai keindahan), dan nilai praktis lain yang menjadi pedoman hidup manusia. Filsafat tidak berhenti pada apa yang ada (ontologi) dan bagaimana kita tahu (epistemologi), tapi juga bagaimana seharusnya
Pengetahuan itu digunakan untuk kebaikan manusia. Inilah yang membuat filsafat relevan dalam kehidupan sosial, politik, seni, teknologi, bahkan sains modern.
Jadi bila kita tarik sebuah garis lurus, maka Ontologi berfocus pada: Apa yang ada? Epistemologi berfokus pada: bagaimana kita tahu? Dan Aksiologi berfocus pada: untuk apa kita tahu? Ketiganya membentuk kerangka besar filsafat: dasar realitas (ontologi), cara memperoleh pengetahuan (epistemologi), dan tujuan nilai pengetahuan (aksiologi).
Dalam konsep Filsafat Religi Islam, Al-Kindi menyebut filsafat sebagai jalan menuju hikmah. Al-Farabi menggambarkan filsafat sebagai “ilmu utama” yang membimbing cabang ilmu lain. Dan Ibn Sina mengaitkan filsafat dengan kedokteran, logika, dan metafisika.
Sementara dalam konteks akademi terkait dengan program Pendidikan S3, Seorang peneliti tidak boleh hanya menguasai teknik riset, tetapi juga memahami filsafat ilmu, agar risetnya punya akar (ontologi), metode (epistemologi), dan manfaat (aksiologi) yang jelas.
Membumikan Filsafat di Alam Nyata
“Mengapa aku hidup? Apa arti Bahagia? Bagaimana aku tahu sesuatu itu benar?"