Kota Bergen terbentang bak lukisan hidup yang digelar di bawah langit biru. Di sisi kanan, Bryggen berwarna-warni berdiri anggun, memantulkan sinar matahari di permukaan air pelabuhan.
Kapal feri, kapal pesiar, dan perahu nelayan melintas pelan, meninggalkan jejak ombak berbentuk kipas yang memudar perlahan. Di kejauhan, fjord-fjord besar seperti Hardangerfjord dan Sognefjord membelah daratan, membentuk jalur air yang berkilau keperakan.
Mata lalu bergerak ke lingkaran tujuh gunung yang memeluk kota. Garis punggungnya seperti ombak beku yang membentang, ditutup warna hijau hutan musim panas.
Kabut tipis bergulung naik dari lembah, menutupi sebagian kota, sehingga hanya menara gereja dan atap-atap merah yang terlihat, seperti pulau-pulau kecil di lautan awan.
Tak jauh dari dek pandang, Trollskogen memanggil dengan misteri. Jalurnya teduh, tanahnya empuk oleh lumut, dan patung troll muncul diam-diam di sela pepohonan, ada yang tersenyum ramah, ada yang seperti mengamati langkahmu.
Anak-anak tertawa, berlarian di taman bermain; beberapa pasangan anak muda duduk di bangku kayu, berbagi termos kopi panas; sementara para fotografer diam membidik, seolah takut merusak ketenangan momen itu.
Duduk di Terrace dan Floytrappene yang menghubungkan stasiun atas dengan restauran yang dibangun pada 2022, merupakan lokasi yang sangat tepat menikmati panorama indah di atas gunung Floyen. Dari titik ini, di sore hari hingga matahari tenggelam menyajikan proses permainan warna alam yang kontras sunset menjelang
Di malam hari, panorama berubah menjadi simfoni cahaya. Lampu-lampu Bergen menyala seperti taburan bintang terbalik, memantul di perairan fjord yang tenang.
Saat itu, kita sadar: Floyen bukan sekadar gunung, tapi panggung tempat langit, laut, dan kota menampilkan drama terindahnya, tanpa jeda, tanpa tirai penutup. Semua cantik dan indah, mulai saat pergelaran awal hingga akhir cerita.