Bergen, kota pelabuhan tua yang berdiri sejak abad ke-11, memanggil setiap jiwa pengelana dengan deretan bangunan kayu warna-warni yang memantulkan cahaya senja ke perairan fjord. Di sini, sejarah bukan sekadar catatan, tapi denyut hidup. Dari masa ketika Bergen menjadi simpul emas Liga Hanseatik, aliansi dagang abad ke-13 hingga 15 yang menghubungkan pelabuhan-pelabuhan terkuat Eropa Utara.
Dari pusat kota, Floibanen Funikular membawa kita menembus detak harian Bergen ke ketinggian 320 meter di puncak Gunung Floyen. Hanya 6–8 menit, dan dunia terbentang 360°: pelabuhan biru berkilau, atap-atap rumah berjejer rapi, hingga pegunungan yang memeluk kota. Di atas sana, aroma kopi dari kafe bercampur udara pegunungan, sementara tawa anak-anak di taman bermain melengkapi simfoni langit Bergen.
Dari Flam Menuju Bergen
Keindahan pelayaran Naeroycruise dari Gudvangen ke Flam masih berdenyut di sudut ingatan. Simfoni alam yang baru saja kami saksikan; megah, agung, dan memaksa hati berucap lirih, Subhanallah, terasa seperti masih bergaung di udara.
Namun Norwegia belum selesai bercerita. Dari Flam, roda perjalanan membawa kami menuju Bergen, melewati Voss yang hanya terpaut 110 kilometer.
Jalanan meliuk di antara danau biru sebening kaca, padang bunga yang menebar warna, dan udara yang seakan membelai waktu. Semua terekam di layar-layar smartphone, meski sejatinya, kenangan paling indah justru tersimpan di sudut batin.
Voss menyambut kami dengan jamuan siang yang menggoda. “Buffet Lunch” dengan pilihan menu western food yang memanjakan lidah, plus unlimited refill soft drinks yang membuat siapa pun merasa jadi tamu istimewa.
Tak ada yang menyia-nyiakan rezeki di depan mata, semua dicoba. Karena, seperti filosofi sederhana, sejatinya rasa makanan hanya dua: enak dan enak sekali. Kenikmatan makan pun sejatinya hanya datang di dua momen: saat perut lapar, dan saat kita berhenti sebelum kenyang.
Di tepi danau Voss, kami menemukan kejutan lain: sebuah lomba paralayang yang tengah memeriahkan langit. Puluhan peserta melayang anggun, memamerkan manuver memukau di atas hamparan air dan punggung bukit hijau. Sebuah tontonan gratis yang terasa seperti bonus perjalanan.
Dan begitu layar alam itu perlahan tertutup, kami pun kembali ke jalan, menuju Bergen, kota pelabuhan yang konon menyimpan pesona tersendiri di ujung rute hari ini.