Kebahagiaan Kolektif, yang memadukan tradisi gotong royong sebagai dasar nilai sosial. Dan Budaya Lokal, yang menghitung kontribusi budaya, adat, dan bahasa daerah dalam memperkuat identitas nasional.
Sebuah Visi Untuk Masa Depan
Pelajaran tentang waktu terkadang banyak orang yang tak mengerti. Detik, menit,..hari dan bulan berlalu tanpa disadari. Tanpa perubahan berarti. Padahal sejatinya waktu adalah kemewahan yang tidak lagi kita miliki. Dia pasti pergi dan tak kembali lagi.
Sama halnya dengan Kemakmuran Berkelanjutan tidak akan datang dari satu kebijakan besar atau satu inovasi teknologi. Ia lahir dari Revolusi Cara Berpikir. Lahir dari tindakan kolektif dimana pergeseran budaya, keberanian politik, dan rasa tanggung jawab global yang mendalam terjadi.
"Kita tidak mewarisi bumi dari nenek moyang kita; kita meminjamnya dari anak cucu kita." Sebuah mantra warisan bumi yang harus dihayati makna dalam realita sesungguhnya. Bumi tak seperti bait lagu kasih sayang seorang ibu. "...hanya memberi tak harap kembali...". Bumi setelah memberi berharap kembali, dengan menjaganya, merawatnya, dan melestarikannya.
Tantangannya sekarang adalah bagaimana kita membayarnya kembali, tanpa melampaui batas ekologis yang sudah genting. Jawabannya mungkin tidak sederhana, tetapi satu hal pasti: masa depan kita bergantung pada bagaimana kita mendefinisikan ulang kemakmuran hari ini.
Jkt/16012025/Ksw/114
#Kompasioner adalah Mahasiswa Pascasarjana Perbanas Insitute
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI