Bagaimana mempraktikkannya? Itulah tantangannya. Negara-negara maju digambarkan sebagai Narrator ulung. Juru kampanye penyelamat bumi. Paling jago kalau ngomong konsep berkelanjutan. Menjadi pencipta fatwa keberlanjutan.
Tapi faktanya? Mereka tetap menjadi konsumen terbesar energi fosil di dunia. Bagi negara berkembang kondisi ini menjadi sebuah dilema besar. Tak mungkin rasanya mengejar pembangunan tanpa mengulangi kesalahan yang sama?
Transformasi Menuju Kemakmuran Berkelanjutan
Menuju kemakmuran berkelanjutan memerlukan transformasi yang harmoni di tiga dimensi utama sustainability. Ekonomi, Sosial, dan ekologis. Sebuah proses sistemik. Bertujuan menciptakan keseimbangan antara kebutuhan manusia, keadilan sosial, dan keberlanjutan lingkungan. Memastikan kesejahteraan jangka panjang tanpa merusak planet bumi.
Ekonomi Regeneratif menjadi pilar utama dengan pengalihan kegiatan ke ekonomi hijau. Sistem berbasis energi terbarukan menggantikan bahan bakar fosil. Energi surya, angin, dan hidroelektrik menjadi pilihan utama.
Desain Circular economy yang mengadopsi model ekonomi melingkar. Menekankan daur ulang, penggunaan ulang, dan pengurangan limbah. Apresiasi dan penghargaan terhadap nilai non-material dengan investasi berfokus di sosial, Pendidikan, dan Kesehatan.
Dari aspek Keadilan Sosial harus dilakukan redistribusi kekayaan. Mengurangi kesenjangan ekonomi melalui kebijakan progresif seperti pajak karbon, upah minimum yang layak, dan program kesejahteraan universal.
Inklusi sosial dengan memberikan akses yang adil terhadap Pendidikan, Kesehatan, air bersih, dan kesempatan kerja bagi semua kalangan, termasuk kelompok marginal. Mendorong partisipasi komunitas masyarakat untuk terlibat dalam pengambilan Keputusan, terkait isu-isu yang berdampak langsung pada kehidupan mereka.
Dari sisi Ekologis diperlukan restorasi ekosistem. Menghidupkan Kembali hutan, lahan basah, dan ekosistem lainnya melalui reforestasi dan konservasi. Melakukan konsep pertanian Regeneratif dengan meningkatkan Kesehatan tanah, keanekaragaman hayati, dan ketahanan iklim.
Pengelolaan sumber daya berbasis lokal juga sangat penting dilakukan dengan memberikan kekuasaan kepada komunitas lokal untuk mengelola sumber daya secara bijak.