Mohon tunggu...
Usman Kusmana
Usman Kusmana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang Lelaki Biasa Dan Pegiat Sosial Politik

Menulis itu kerja pikiran, yang keluar dari hati. Jika tanpa berpadu keduanya, Hanya umpatan dan caci maki. Menulis juga merangkai mozaik sejarah hidup, merekam hikmah dari pendengaran dan penglihatan. Menulis mempengaruhi dan dipengaruhi sudut pandang, selain ketajaman olah fikir dan rasa. Menulis Memberi manfaat, paling tidak untuk mengekspresikan kegalauan hati dan fikir. Menulis membuat mata dan hati senantiasa terjaga, selain itu memaksa jemari untuk terus bergerak lincah. Menari. Segemulainya ide yang terus meliuk dalam setiap tarikan nafas. Menulis, Membuat sejarah. Yang kelak akan dibaca, Oleh siapapun yang nanti masih menikmati hidup. Hingga akhirnya Bumi tak lagi berkenan untuk ditinggali....

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Meneropong Kandidat Cagub/Cawagub Jawa Barat 2024

23 Februari 2021   13:25 Diperbarui: 23 Februari 2021   14:04 1464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perbincangan terkait Pilkada 2024, mayoritas membahas tentang Pilkada DKI Jakarta. Sehingga apapun yang terjadi di ibukota selalu dikaitkan dengan konstalasi politiknya menyangkut bagaimana Gubernur Anies dan siapa yang akan melawan Anies. Hal ini boleh jadi karena Gubernur DKI berada dalam pusaran politik yang tak dapat dilepaskan dengan konstalasi politik nasional (Pilpres).

Selain itupula, DKI Jakarta sangat dekat dengan pusat pemberitaan media, baik televisi, media cetak maupun online, serta literacy digital warganya yang lebih massif dan aktif. 

Perbincangan politik menyangkut Pilkada dKI selalu menarik dan mendengung dengan aktifitas para penggaung atau pendengung (buzzer) dari masing-masing kekuatan politiknya. jagat medsos apatah itu facebook, twitter, instagram dan WAG selalu riuh dengan perbincangan. 

Sosok Anies menjadi daya tarik perbincangan, kiprah dan kinerjanya sebagai incumben gubernur tentu saja selalu menjadi sorotan. Apalagi ada peristiwa semacam Banjir yang kini melanda ibukota. Maka muncullah nama-nama tokoh yang diidentifikasi akan menjadi penantang Anies, sebut saja Tri Rismaharini yang baru sebulan jadi Mensos saja sudah rame dengan branding sebagai lawan Anies. 

DKI Jakarta sebagai ibukota, memang penting. Tapi peta politik nasional juga sebenarnya tak bisa di lepaskan dari Provinsi tetangganya, sebagai penyangga utama ibukota yaitu Jawa Barat. Gubernur Jawa Barat Ridwan Kami juga akan menghabiskan masa jabatannya pada tahun 2023. Dan tentu saja akan menjadi bagian dari provinsi atau daerah yang ikut dalam pelaksanaaan Pilkada serentak 2024 nanti. 

Bagaimana Peta tokoh Jawa Barat yang kira-kira akan maju dan melawan Ridwan Kami sebagai petahana? Bagaimana hubungan dengan wagubnya UU Ruzhanul Ulum? Siapa saja kemungkinan tokoh dan elit parpol di Jawa Barat yang memiliki potensi dan peluang maju bersama atau melawan petahana?

Jika melihat peta politik hasil pileg 2019 Konstalasi di DPRD Jawa Barat, dari 120 caleg terpilih  Gerindra menjadi pemenangnya dengan 25 kursi, kemudian disusul PKS dengan 21 Kursi, lalu PDIP 20 kursi, Golkar 16 kursi, PKB 12 kursi, Nasdem 4 kursi, PPP 3 kursi, PAN 7 kursi, Demokrat 11 kursi, dan Perindo 1 kursi. 

Lalu siapakah diantara tokoh parpol dan non parpol Di Jawa Barat yang berpeluang maju tersebut ?

1. Ridwan Kamil. Sebagai petahana Gubernur Jabar, RK dulu diusung koalisi PKB, PPP, Nasdem dan Hanura. Sampai sekarang Ridwan Kamil belum menunjukan ketegasan berlabuh di partai manakah dia. Apalagi jika nanti ada ketentuan bahwa calon kepala daerah/wakil kepala daerah harus tercatat sebagai kader parpol. Ridwan Kamil kelihatannya memiliki kinerja yang cukup baik. Aktifitasnya sebagai Gubernur Jabar terkekspose sedemikian rupa oleh berbagai platform media. Sehingga dia cukup populer, bahkan dalam beberapa release survei RK masuk radar sebagai capres bersama nama-nama lain seperti Prabowo, Ganjar, dan Anies. 

2. Uu Ruzhanul Ulum, sebagai Wagub petahana Uu Ruzhanul Ulum merupakan kader PPP, dalam aktifitasnya saat ini, jika melihat pergerakan dan pemberitaan menunjukan hasrat dan keinginannya untuk maju sebagai calon gubernur melawan Ridwan Kamil.

3. Mulyadi dan Taufik Hidayat. Mulyadi merupakan Mantan Ketua DPD  Gerindra Jawa Barat yang kini menjadi Dewan Pembina DPP Partai Gerindra 2020-2025, saat ini beliau juga menjadi Anggota DPR RI dari dapil Bogor. Duduk di Komisi VI dan masuk sebagai anggota Badan Anggaran DPR RI. sementara Taufik Hidayat merupakan Ketua DPD Gerindra Jabar saat ini dan juga Ketua DPRD Jabar 

4. Netty Ahmad Heryawan dan Haru Suandaru. Netty merupakan istri mantan Gubernur Jabar 2 periode dari PKS Ahmad Heryawan dan kini juga merupakan anggota DPR RI. Sementara Haru Suandaru  merupakan  ketua DPW PKS Jawa Barat saat ini  dan juga Anggota DPRD Prov Jabar. 

5. Ono Surono, beliau Ketua DPD PDIP Jawa Barat yang kini juga menjadi Anggota DPR RI

6. Dedi Mulyadi dan Ade Barkah. Dedi Mulyadi merupakan mantan Bupati Purwakarta 2 periode, mantan ketua DPD Golkar Jabar dan kini menjadi Anggota DPR RI. sementara Ade Barkah merupakan Ketua DPD  Golkar Jabar saat ini dan juga Wakil Ketua DPR Prov Jabar. 

7. Dede Yusuf Macan Effendi dan Irfan Suryanegara. Dede Yusuf merupakan mantan Wagub Jabar pada periode pertama Gubernur Ahmad Heryawan, saat ini merupakan anggota DPR RI dari partai Demokrat. Sementara Irfan Suryanegara merupaka Ketua DPD Partai Demokrat Jawa Barat, pernah menjadi Ketua DPRD Jabar dan kini Wakil Ketua DPRD Jabar. 

8. Desi Ratnasari  merupakan Ketua DPW PAN Jabar dan juga anggota DPR RI. 

9. KH. Hasan Nuri Hidayatulloh (Gus Hasan) dan Syaiful Huda. Gus Hasan merupakan Ketua PWNU Jawa Barat, sementara Syaiful Huda merupakan Ketua DPW  PKB Jabar dan juga Anggota DPR RI

Nama-nama tersebut diatas, kelihatannya merupakan sebagain tokoh dan elit partai yang akan meramaikan bursa Pilgub Jawa Barat 2024 nanti. Bagaimana peluang dan potensi kemenangannya akan sangat bergantung bagaimana formulasi koalisi dan pemaketan kandidat Cagub dan cawagubnya. 

Hanya saja, jika Pileg dan Pilpres jadwalnya berbarengan, maka tentu saja akan sedikit berpengaruh terhadap bagaimana pemetaan tokoh-tokoh tersebut dalam hasrat politiknya. Boleh jadi karena pergerakan konstalasi ada yang terseret ke ranah Pilpres, lebih memilih pileg atau fokus maju di Pilgub. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun