Mohon tunggu...
Kurnia Lisnadatul Anggraini
Kurnia Lisnadatul Anggraini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Univeristas Muhammadiyah Malang

Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Self-Diagnose: Maraknya Konten "Mental Health" di Berbagai Kalangan

28 September 2021   21:10 Diperbarui: 28 September 2021   21:15 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

           Perkembangan teknologi saat ini, menjadi sumber utama dari kemajuan proses penyebaran informasi di era global ini.Tersebar luasnya informasi menjadikan masyarakat mudah menerima dan mengolah apa yang sedang terjadi di sekitarnya. Kini media massa tak hanya menampilkan sebuah berita bencana ataupun hal lain yang sedang terjadi seperti kenaikan bahan pokok di pasar masyarakat tetapi juga mengangkat berbagai kabar yang berkaitan dengan ilmu psikologi. Media sosial yang ada kini pun telah marak menampilkan berbagai kabar tentang pentingnya kesehatan mental bagi seseorang, berbagai kata dan kalimat muncul sebagai titik pusat perhatian yang menjadikan kondisi tersebut sebagai topik yang ramai di bicarakan.

           Sebagai bagian dari kehidupan sosial pasti tak asing dengan kata depresi, anxiety, skizofrenia, dan sejenisnya, bukan? Tak hanya itu, perkembangan zaman saat ini tanpa sengaja menuntut kita untuk terus mengikuti hal-hal baru yang ada di sekitar kita, seperti gawai. Tidak hanya sekali menemukan kata tersebut di media instagram, line today, juga youtube. Selain itu tingkat pengunaan platform digital di Indonesia di kalangan masyarakat semakin meningkat. Hal itu terjadi karena mulai tumbuhnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan baik tubuh maupun mental. Pengadopsian internet oleh setiap orang atau sebut saja konsumen teknologi ini terlihat pada proses pengunduhan suatu platform digital yang bermanfaat untuk menunjang kebutuhan mengenai konsultasi kesehatan itu sendiri namun tindakan tersebut masih tergolong rendah. Proses tersebut bertujuan supaya konsumen digital bisa mengonsultasikan diri tanpa harus memerlukan banyak waktu dan pengeluaran biaya yang mahal dibanding dengan kita datang ke tempat praktik klinis secara langsung.

Apa itu SELF DIAGNOSE?

            Penyakit mental tidak memiliki gejala yang jelas seperti saat kita mengalami demam ataupun flu. Pernyataan tersebut yang membuat kita berusaha mencari tahu sendiri apa yang sedang kita alami saat ini.  Self diagnose sendiri merupakan suatu perilaku dimana seseorang melakukan pendiagnosaan terhadap diri sendiri secara mandiri. Hal itu ditunjukkan dengan bagaimana seseorang menganggap bahwa dirinya tengah mengalami suatu gangguan mental. Proses pendiagnosaan itu sendiri bersumber dari media internet atau bisa buku.

"sepertinya aku mengalami depresi deh"

"Aku mengidap eatingdisorder loh"

            Kondisi itu terjadi akibat banyaknya poster-poster ataupun tayangan yang berkaitan dengan penjelasan apa itu kesehatan mental. Lagi-lagi kejadian tersebut hampir sebagian besar ditemukan pada media sosial. Menimbulkan siapa saja yang melihatnya dan tertarik untuk terus mencari tahu apakah yang sering terjadi pada diri mereka. Rasa keingintahuan tersebut membuat para penikmat media sosial mengebu-gebu untuk menggali berbagai informasi tentang diri mereka. Tak hanya itu para konsumen teknologi juga menganggap apa yang mereka lakukan itu salah satu bentuk rasa mengenal diri sendiri padahal hal itu bisa menjadi tidak benar jika tidak dilalui dengan prosedur yang sesuai.

Resiko yang timbul apa saja?

            Ketika melakukan self diagnose seseorang tidak tau apakah yang sebenarnya terjadi. Tindakan self diagnose sendiri dapat menjadikan seseorang berpikir bahwa mental illness yang sedang ia alami lebih parah dari yang sebenarnya terjadi. Begitu pun sebaliknya bisa saja kondisi yang ada sebenarnya berada dalam tingkatan yang lebih parah daripada apa yang dialami oleh penderita.

            Mencari tahu dari internet juga bisa menjadi awal dari suatu kesalahan fatal dalam mengetahui kondisi diri. Hal ini juga berdampak buruk bagi seseorang yang telah mengalami gangguan mental. Karena dalam dunia internet, literasi-literasi yang tercantum dan bisa jadi telah dibaca oleh banyak kalangan baik dari remaja hingga orang dewasa tersebut dibuat oleh orang-orang yang iseng atau sebenarnya tidak memiliki ilmu dasar yang terkait dalam bidang kesehatan mental itu sendiri. Untuk mendeteksi tentang masalah kejiwaan seseorang diperlukan waktu yang lama dan proses penilitian yang bertahap sehingga dapat didapatkan suatu hasil yang akurat.

Bagaimana cara mencegah terjadinya self-diagnose di kemajuan zaman ini?

1. Berbagi cerita dengan orang terdekat

Mencurhakan isi hati dan pikiran dengan orang yang kita percaya seringkali ampuh dalam menangani stress yang sedang terjadi dalam diri kita.

2. Selektif dalam mengambil informasi di Internet.

Apa yang kita dapatkan dari hasil pencarian di Internet tidak semuanya benar dan valid sumbernya. Sebagai pengguna yang cerdas kita harus pandai dan teliti dalam menangkap dan mengambil informasi yang tersebar luas di Internet.

3. Tidak mudah membenamkan gangguan mental yang ada dengan diri kita

Mencocokologikan kondisi yang sedang terjadi dengan hasil yang kita dapatkan tidak selalu akurat. Melainkan bisa saja kondisi yang dialami lebih ringan ataupun lebih berat dari hasil pencocokan tersebut.

4. Datang ke Psikiater atau Psikolog

Mengunjungi balai kesehatan jiwa atau agen konsultan di sekitar kita dapat membantu kita untuk mengetahui lebih jelas apa yang sebenarnya diidap oleh diri kita. Mendapatkan hasil yang sesuai dengan prosedur yang ada sehingga hasil akhir yang didapat menjadi valid.

            Dalam berkehidupan sosial perlu adanya batasan-batasan yang harus diikuti. Bukan bermaksud untuk tidak memperbolehkan atau memberikan larangan pada setiap orang dalam melakukan kegiatan. Akan tetapi, hal itu juga bertujuan supaya kita sebagai manusia terhindar dari pengaruh buruk yang ada di sekitar kita. Selain itu juga mendapatkan keamanan dan kenyamanan diri dengan tidak menerka-nerka kondisi yang sedang terjadi pada diri kita.

REFERENSI:

Muhammad, H., Fajari, F., Rozi, M. F., Gumay, L. A., Shihab, M. R., & Azzahro, F. (2019, August). Enabling Self-diagnosis Using Trusted Online Healthcare Platform: A Case Study from Alodokter. In 2019 International Conference on Information Management and Technology (ICIMTech) (Vol. 1, pp. 592-595). IEEE.

Akbar, Muhammad Faris. (2018). Analisis Pasien Self-Diagnosis Berdasarkan Internal pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. Diakses dari https://osf.io

PA, M. G. M. D. M., & DI PENGANTAR, K. T. A. PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL FAKULTAS INDUSTRI KREATIF UNIVERSITAS TELKOM BANDUNG.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun