Hantu saya terus berjalan. Anjing menggonggong, membuat manusiamanusia ketakutan. Saya tidak peduli apakah ada yang menyaksikan saya yang hantu ini. Niat saya bukan untuk menakutinakuti mereka, tetapi mencari Joana. Saya hendak menuntut kematian saya; mempertanyakan kebenaran dugaan saya. Benarkah dia menyebutnyebut nama saya sehingga saya menggigit bibir saat makan?
Subuh, saya sudah sampai di bibir pantai. Di seberang lautan luas ini, ada pulau besar yang padat penduduk. Salah satu kota y di pulau itu, di sanalahlah alamat Joana. Saya harus menyeberang lautan, baru kemudian mencari keberadaannya.
Ketika saya hendak mengayungkan kaki menyentuh air laut. Saya dikejutkan dengan sebuah suara di dalam air, tidak jauh dari saya. Saya kira itu perbuatan ikan besar yang sedang mengibaskan ekornya. Ternyata adalah sosok makhluk seperti saya muncul ke permukaan. Perlahanlahan, kepalanya yang nampak kemudian lehernya dan terakhir kakinya yang berpijak di atas laut. Makhluk itu berjalan ke arah saya, seolah dia sedang berjalan tidak di atas air.
Walaupun dia menjadi hantu, tapi wajahnya tidak asing bagi saya. Ketika saya masih hidup sudah familiar dengan wajah itu, saya sering mengamati fotofotonya di facebook. Dialah Joana. Saya tidak menyangka ternyata dia juga telah menjadi hantu.
Saya ingin menanyakan kebenaraan dugaan saya. Tetapi dia yang terlebih dahulu membuka mulut, "Hanya karena cintamu saya tolak, kau tega mengirim tulah pada saya. Saya yang sakit kemudian mati." Saya tidak mengerti, mengapa dia tibatiba berkata seperti itu. Saya tidak pernah mengirim tulah padanya.***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI