Setelah turun dari langit, kuburan saya retak. Bersama kepulan asap dan lolongan anjing menemani saya keluar dari kubur. Saya tidak tahu seperti apa rupa saya setelah jadi hantu. Namanya hantu tentu sangat mengerikan. Saya pun melakukan perjalanan mencari Joana. Anjing-anjing yang melihat saya akan menggonggong.
Saya akan berbagi sedikit ketika saya masih hidup di dunia. Terutama saatsaat menjelang kematian saya. Masa yang pelik bagi saya. Setiap kali saya makan selalu saja saya akan menggigit bibir hingga luka. Ini saya dapati dari Kakek, konon apabila kita makan lantas tibatiba kita mengigit bibir atau lidah, adalah pertanda bahwa sebenarnya di saat bersamaan ada orang yang sedang membicarakan kita; menyebut nama kita. Kejadian itu berulang, di waktu makan siang, malam atau sarapan bahkan ngemil. Dari sekian kali saya mengunyah, pasti ada satu atau dua kali saya akan menggigit bibir.
Hari ketujuh saya seperti itu, kondisi bibir saya sudah sangat memperihatinkan. Ada banyak titik luka membuat saya menderita hebat. Perih bukan main. Saya tidak tahan lagi bila memasukkan makanan ke dalam mulut. Saya takutkan apabila terus mengunyah, luka yang dihasilkan semakin banyak; membuat bibir saya semakin hancur.
Karena tidak mau makan, saya jadi lemah, berujung sakit. Tiga hari terbaring di atas tempat tidur, saya pun mati. Saya menjadi roh, menatap jasad saya yang telah terbujur kaku  ditangisi oleh keluarga.
Walaupun saya mati, tetapi roh saya belum diperbolehkan ke langit. Harus menunggu empat puluh hari lamanya, baru kemudian perjalanan roh ke langit di perbolehkan. Saya tidak ke manamana, hanya di rumah saja. Saya melihat aktivitas orangorang rumah, mereka tidak melihat saya, tetapi mereka ada keyakinan bahwa roh saya masih di sekitar rumah.
Awalnya saya tidak mencurigai siapasiapa perihal kejadian menggigit bibir saat makan. Adalah sesuatu yang sulit dideteksi memang. Tetapi Setelah berkalikali saya menggigit bibir berujung luka, pada akhirnya saya mulai menaruh curiga pada Joana. Kuat dugaan saya memang dialah yang sialan senantiasa menyebut nama saya.
Kami sebenarnya tidaklah pernah bertemu. Kemajuan zaman memudahkan manusia untuk berkomunikasi dengan sesamanya, tak peduli lagi jarak. Begitupula saya dan Joana. Keakraban kami mulai terjalin saat kami saling terhubung di facebook. Jauh sebelum kami akrab, pada saran pertemanan saya melihat profilnya; Joana Zettira. Karena fotonya menarik perhatian saya, akhirnya jempol saya tak kuasa untuk tidak menekan 'Tambahkan Teman', beruntung Joana tanggap merespon. Hanya selang beberapa jam setelah itu, sampailah kabar konfirmasi permintaan pertemanan saya. Pada hari itu kami resmi berteman.
13 Juni adalah hari ulang tahun Joana. Temantemannya yang lain berlomalomba membuat kutipan pada Joana. Saya tak mau ketinggalan, saya pun merangkai katakata berhubungan dengan hari ulang tahunnya, mengirimnya via chat. Joana mengucapkan terima kasih kepada saya. Betapa bahagianya saya. Itu adalah batu loncatan bagi kami sehingga kedepannya tak sungkan lagi saling chat. Selalu ada pembahasan yang kami bincangkan. Kami mulai terbuka tentang pribadi masingmasing. Sehingga kami melebur dalam keakraban yang semu.
Sayangnya saya terlalu teburuburu mengutarakan perasaan saya pada Joana. Sesuatu yang dilakukan secara terburuburu selalu berdampak pada hasil yang tidak memuaskan. Joana menolak, saya sangat kecewa. Saya teramat mencintainya. Aktivitas kami masih terus berjalan, seolaholah tidak ada insiden penolakan. Sikap Joana tetap sama. Karena saya begitu mencintainya, dan rasa ingin memilikinya menggebugebu, saya mulai membatasi diri hingga mengabaikan chat Joana.
Pembaca yang budiman, mungkin ada di antara kalian yang beranggapan, tidak ada kaitannya Joana dengan kejadian menggigit bibir saat makan yang saya alami. Terserah kalian mau sepakat dengan saya atau tidak. Intinya tidak ada lagi sesuatu yang saya curigai selain Joana. Saya punya bayangan begini; setelah chatchat Joana banyak saya abaikan. Joana mulai merasa bersalah. Dan ada cinta yang hadir di relung hatinya, kian hari kian menyeruak. Sayangnya saya cuek. Sehingga Joana mengalami penderitaan batin yang hebat. Dia enggan terbuka pada saya. Dalam lamunan selalu menyebutnyebut nama saya, setiap hari, itu bersamaan saat saya sedang makan berakibat saya menggigit bibir.
Sekali lagi terserah kalian mau mengganggap saya ngaco dan mengadaada, tapi percayalah roda dunia senantiasa yang berputar. Bukan tidak mungkin yang tidak mencintai pada akhirnya berubah menjadi sangat mencintai.