Mohon tunggu...
Mawan Sastra
Mawan Sastra Mohon Tunggu... Koki - Koki Nasi Goreng

penggemar fanatik Liverpool sekaligus penggemar berat Raisa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Pulangnya Aristoteles Muda

11 November 2017   19:06 Diperbarui: 12 November 2017   19:24 2317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (@kulturtava)

Masih melekat dalam pikiran Elika akan sosok Dinal. Laki-laki yang mengidolakan Aristoteles. Anehnya lagi hal-hal yang menyangkut Aristoteles hanya sedikit yang ia ketahui. Yang ia tahu kalau Aristoteles hanyalah seorang filsuf yang berguru pada Plato, dan Plato berguru pada Socrates, mentok sampai di situ.

Pemikiran-pemikiran filsafat dari Aristoteles  satu pun tak pernah terdengar keluar dari mulutnya, yang ada hanyalah klaimnya kalau ia adalah Aristoteles muda. Ia mahasiswa matematika, namun suka sastra mengidolakan seorang filsuf, sedikit aneh bukan?

Malam minggu, satu hari sebelum ia menghilang. Dinal menyempatkan berkunjung kerumah Elika. Elika masih ingat betul kejadian itu, Dinal mengenakan kameja kotak-kotak coklat yang lusuh, dengan rambut ikal acak-acakan menutupi telinganya. Malam itu gerimis, ia berjalan dari indekosnya menuju rumah Elika yang berjarak satu kilometer.

"Lik, kamu mungkin sedikit kaget kedatanganku malam ini. Sebelumnya pun saya tidak menginfokanmu. Saya hanya ingin meyakinkanmu kalau saya memang Aristoteles muda. Jika dalam ajaran Hindu dikenal reinkarnasi, maka akulah Aristoteles. Kalau kau masih ragu  akan kubacakan sebuah puisi karanganku."

Belum pernah Elika mendengar puisi seperti itu. Tidak seromantis puisi Aku Ingin karangan Sapardi Djoko Damono. Namun Elika dengan terpaksa berbohong kalau puisi Dinal  romantis dan ia suka.

"Dalam puisi ini ada tiga hal yang perlu kau tahu, Lik. Yang pertama, mungkin kamu sudah bosan mendengarnya kalau saya adalah Aristoteles muda." Dinal berhenti sejenak menghela nafas panjang, dengan memandangi lekat-lekat wajah Elika nan ayu.

"Yang kedua harus kamu tahu, kalau saya mencintaimu, sungguh! Dan percayalah!"

Dinal diam beberapa detik, tak bosan-bosannya menatap ke Elika. Elika tampak malu-malu, baru kali ini ia ditatap Dinal seaneh itu.

"Terakhir, sampai kapan pun saya tidak ingin menjadi pacarmu. Tapi percayalah saya bisa menjadi suami yang baik dan bertanggung jawab buatmu," seketika Elika mengernyitkan dahinya.

"Dimatamu ada pesona Cleopatra. Bolehkah saya menyangkutkan anak rambutmu ke telingamu?," tanpa menunggu persetujuan Elika, beberapa helai rambut Elika yang menyentuh pipinya disangkutkan ke pangkal daun telinganya. Elika sangat heran akan perlakuan Dinal malam itu, tidak seperti malam-malam biasanya.

"Kalau besok kita tidak bertemu lagi. Aku ingin kau tidak mencariku. Karena memang saya tidak akan kemana-mana," Elika tidak bisa menahan senyumannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun