Mohon tunggu...
Mawan Sastra
Mawan Sastra Mohon Tunggu... Koki - Koki Nasi Goreng

penggemar fanatik Liverpool sekaligus penggemar berat Raisa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bukan Sembarang Cinta

11 November 2017   08:00 Diperbarui: 11 November 2017   08:07 825
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dia teringat perkataan Hilda tempo hari padanya. Hilda menyadari betul akan hasrat batin suaminya. Yus pun sadar akan kondisi Hilda. Saat-saat situasi seperti itulah dituntut untuk saling mengerti satu sama lain.

Yus tidak bisa menahan dirinya untuk menjatuhkan ciuman di kening istrinya yang mulai diambang mimpi.

Hanya dua jam ia terlelap. Yus terbangun saat mendengar rintihan Hilda. Nyeri di bagian panggul merampas waktu tidurnya. Belum lagi darah keluar dari hidungnya. Memang benar kata Dokter Yanti bukan hanya kanker serviks yang menyerangnya tapi juga ada penyakit lain.

"Maafkan semua kesalahanku Mas selama ini," ucap Hilda lirih memeluk tangan suaminya.

"Tidak sayang. Kamu tidak punya kesalahan apa-apa." Kata "sayang" meluncur begitu saja dari mulutnya. Baru kali ini dia mengucapkan kata seperti itu pada istrinya.

"Masihkah kau mencintaiku Mas melihat kondisiku seperti ini?"

"Tentu sayangku. Selamanya cintaku tidak akan pudar. Cintaku bukan sembarang cinta. Percayalah!" Hilda tersenyum mendengar ucapan suaminya. Dia  memeluk erat tangan Yus.

"Aku merasakan malaikat maut sudah semakin dekat, Mas"

"Kematian itu rahasia Tuhan. Jangan mau kalah dengan penyakit ini. Yakinlah Tuhan akan memberikan kesembuhan. Ini adalah cara Tuhan untuk menguji kita, sayang. Tidakkah kamu ingat akan kisah Nabi Ayyub? Hadirkan ketabahan dan kesabaran beliau pada dirimu, sayang," ucap Yus mengusap wajah Hilda.

***

Pagi-pagi sekali warga sudah berkerumun. Tak bisa berbuat apa-apa melihat kobaran api yang melahap bangunan di depan mereka. Api itu makin ganas, pemadam kebakaran tampak kesulitan menghadapinya. Beberapa ibu-ibu tampak cemas dan khawatir, sampai-sampai tidak mampu membendung air matanya lagi. Seorang laki-laki paruh baya ngotot ingin memasuki rumah itu untuk menolong penghuninya yang terjebak di dalam, namun dicegat warga lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun