Mohon tunggu...
Mawan Sastra
Mawan Sastra Mohon Tunggu... Koki - Koki Nasi Goreng

penggemar fanatik Liverpool sekaligus penggemar berat Raisa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bukan Sembarang Cinta

11 November 2017   08:00 Diperbarui: 11 November 2017   08:07 825
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Ini menyangkut kesehatan Mbak. Kalau penyakitnya makin parah bagaimana?"

"Tuhan tahu segalanya Mas. Jangan khawatirkan aku!" Ucapnya mencoba tersenyum.

***

Yus menyudahi bacaan Qurannya saat Hilda sudah terlelap dalam buaian tidurnya. Terhenti pada surah An-Nur ayat 26 "... sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik. Dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula)..."

Kemudian ia menghamparkan selimut ke tubuh Hilda. Lalu di pandanginya wajah istrinya lekat-lekat. Walaupun Hilda berumur 39 tahun tapi wajahnya 10 tahun lebih muda, masih sangat cantik. Kulit wajahnya mulus. Baginya, Hilda adalah sosok bidadari surga yang Tuhan hadirkan didunia.

Ia sedikit tak menyangka takdir akan mempersatukannya dengan wanita yang terbaring di hadapannya dalam sampul pernikahan. Perempuan yang akan menjadi tempat untuk melabuhkan curahan hatinya. Perempuan yang akan menjadi partner dalam mengarungi samudera kehidupan. Tak bosan-bosannya dia mengelus wajah istrinya yang terlelap. Ia kembali teringat akan perkataan orang-orang sebelum mereka menikah.

"Kamu ini masih muda, Yus. Bagaimana mungkin  kamu ingin menikahi dia yang sudah tua, janda lagi."

"Dia mantan gurumu waktu SMA, karena dialah kamu tinggal kelas berkali-kali bahkan putus sekolah. Andaikan bukan karena dia, masa depanmu tak akan suram seperti ini. Sangat ganjil Yus, dia yang membunuh masa depanmu, kamu malah kepingin untuk menikahinya. Di mana akalmu?"

"Yus, di dunia ini masih sangat banyak perempuan lain. Perempuan muda seumuran denganmu sangat banyak. Apa kamu sudah pasrah sehingga kamu ingin menjadikan dia calon binimu? Cantik sih memang iya, tapi kamu tidak sepadan dengannya."

Begitulah reaksi kerabat dekat Yus, tatkala ia memberitahu mereka kalau akan mempersunting Hilda. Seolah-olah mereka menolak mentah-mentah keputusan itu. Bukan Yus namanya jika tidak konsisten pada pendiriannya. Sekali ia berkata A tetap akan A sampai kapan pun.

"Maafkan aku Mas! Lantaran penyakit ini, aku sebagai istrimu belum bisa memenuhi apa yang telah menjadi hak-hak, Mas."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun