Mohon tunggu...
Abdul Malik
Abdul Malik Mohon Tunggu... Penulis seni - penulis seni budaya

penulis seni. tinggal di malang, ig:adakurakurabirudikebonagung. buku yang sudah terbit: dari ang hien hoo, ratna indraswari ibrahim hingga hikajat kebonagung

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menonton Wayang Potehi di Mojokerto

17 Januari 2018   17:30 Diperbarui: 17 Januari 2018   18:15 812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Josh Stenberg sedang menulis disertasi Pertunjukan Tionghoa di Indonesia. Meski tercatat sebagai warganegara Kanada, Josh fasih berbahasa mandarin dan cukup lancar berkomunikasi dalam bahasa Indonesia. Josh hadir ke Kota Mojokerto setelah membaca informasi tentang roadshow wayang potehi yang disebar di facebook.

Adalah Pak Manteb Sutarto yang lebih akrab disapa Pak Kekek yang menjadi sehu (dalang) selama roadshow wayang potehi. Untuk mengenal lebih dekat gagasan roadshow wayang potehi,  saya mewancarai Pak Kekek. Wawancara diadakan di Dusun Kedondong Desa Blimbing RT 1 RW 3 Kecamatan Kesamben Jombang pada Jumat, 7 Desember 2012 pukul 16.40 WIB, beberapa jam sebelum wayang potehi pentas di rumah Bapak Handoyo, seorang pelatih bulutangkis.

Sejak kapan Bapak tertarik dengan wayang potehi?

Sejak tahun 1979, saat itu saya melihat pentas wayang potehi di Kampung Dukuh Surabaya. Keinginan untuk mendalami wayang potehi semakin besar setelah dikenalkan oleh almarhum Tio Giok San ( Santoso), seorang dalang wayang potehi, saat pentas di kota Singaraja Bali tahun 1982.

Bagaimana proses kreatif menjadi dalang wayang potehi?

Proses saya jadi dalang wayang potehi yaitu dengan cara mengikuti dan mencermati dengan intens saat Pak Santoso mendalang selama 3 tahun. Selain Pak Santoso, saya juga menyimak dalang Sesomo ( Ngasem Jombang).

Menurut Bapak, apakah proses tersulit menjadi dalang?

Ketika saya mengetahui cerita atau lakonnya, namun boneka wayang potehi nya gak komplit. Jadi sulit untuk dipentaskan. Kendala lain adalah kurangnya pemain, honor yang kecil. Tahun 1970-1990 an wayang potehi sulit pentas karena adanya kebijakan pemerintah saat itu. Baru pada pemerintahan Gus Dur wayang potehi boleh ditampilkan lagi.

Dalam pentas silaturahmi ke 18 kelurahan di Kota Mojokerto nanti, siapa saja tim Bapak?

Supriono (lahir di Blitar, 18 Agustus 1965, trompet, yana, rebab kecil, liauw lo, liauw bak, ting ting/cek cek kecil); Yopi Hermanto (lahir di Tulungagung, 11-11-1981, jang djing, siter, suling); Donny Mariono ( lahir di Tulungagung, 16-3-1980, tua loo, gembreng, olhu); Oktavany Yoga Suprianto (lahir di Tulungagung, 4 Oktober 1990, dongko, tambur); Apyudha Yosta Suprianto (lahir di Tulungagung, 27-4-1995, asisten dalang); Rendi Franasmara (lahir di Trenggalek, 27 Maret 1992, official).

Ki Manteb Sutarto (Pak Kekek) lahir di Surabaya, 31 Maret 1966. Memiliki seorang istri, Suratin dan 5 anak. Yang mulai tertarik dengan wayang potehi adalah Rendi Franasmara, lahir di Trenggalek, 27 Maret 1992. Ikut pentas keliling sebagai official.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun