Mohon tunggu...
Abdul Malik
Abdul Malik Mohon Tunggu... Penulis seni - penulis seni budaya

penulis seni. tinggal di malang, ig:adakurakurabirudikebonagung. buku yang sudah terbit: dari ang hien hoo, ratna indraswari ibrahim hingga hikajat kebonagung

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Anwari dan Batu-batu yang Hidup

15 Januari 2018   09:47 Diperbarui: 15 Januari 2018   09:58 842
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Fatqur Rochman
Dokumentasi Fatqur Rochman

Workshop teater antropologi bersama Anwari di Wisma Kalimetro Jl.Joyosuko Metro 42 A Merjosari Malang dan Kali Metro, Sabtu, 4 Juni 2016 pukul 10.00 hingga 12.14 wib. Dokumentasi Fatqur Rochman

Apresiasi Penonton

Sekitar 92 penonton hadir dalam pentas "Mini-Mini #3 Batu" di Dewan Kesenian Kota Malang, 4 Juni 2016. Selain komunitas teater, ada penonton dari seniman sastra, film, musik, komunitas Gusdurian Malang, dosen teater Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta (STKW) Surabaya, Seno Joko Suyono Redaktur Pelaksana Majalah TEMPO. Juga hadir 10 calon vikar GKJW . " Mereka adalah sarjana teologi dari Universitas Kristen Duta Wacana Jogja dan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Mengapresiasi pentas teater antropologi adalah bagian dari kawah candradimuka hingga 6 bulan mendatang," kata Pendeta Crestea Andrea, dari Majelis Agung Gereja Kristen Jawi Wetan,  pendamping para vikar.

"Apik," komentar singkat Yusuf Munthaha, Direktur mooiindie.comm.

"Sebagai orang awam, pentas teater antropologi Anwari di Dewan Kesenian Kota Malang bagus, seru, kerja keras meskipun tidak tahu jalan cerita,"tambah Fatqur Rochman dari Komunitas Fotografi Panorama Universitas Islam Malang.

 "Menghadirkan pentas "Mini-Mini #3 Batu" di Dewan Kesenian Kota Malang, 4 Juni kemarin, membawa kompleksitas tersendiri yang jauh berbeda dengan pentas di Bangkalan. Karena di Bangkalan tempat yang digunakan adalah di penambangan batu putih dengan segala ritusnya yang cukup besar dan khas dengan alat-alat beratnya, maka kami harus mengatur strategi bagaimana pemain bisa "akrab" dengan tempat besar dan panas itu. Sedang di Malang lain sekali, tempat yang perlu ditakhlukkan adalah ruang yang terlampau sempit dan rawan hujan dibandingkan dengan yang di Bangkalan. Otomatis sutradara bersama tim produksi mesti membawa rumusan baru tanpa sedikitpun terkesan menjadi pementasan "Mini-Mini #3 Batu" versi sederhana. Betul-betul menjadi dua kerja kreatif yang menarik", urai Elyda K.Rara, dari Teater Komunitas, sekaligus pimpinan produksi "Mini-Mini #3 Batu".

Sejumlah Perbincangan Dengan Anwari

Salah satu konsep yang diusung oleh Anwari dalam pentas "Mini-Mini #3 Batu" adalah Lourhei. " Lourhei berasal dari bahasa Madura Lorgha yang artinya los, ikhlas", cerita Anwari, di Omah Komunitas Jl.Mayang 19 Kota Malang, Senin (6/6/2016). Menurut Anwari, di daerah Karangnangka Sumenep ada sandur lorgha. Sandur tidak menggunakan alat musik hanya tembang, dimana akhiran dari tembang adalah bebunyian: "lorgha". Sandur lorgha tampil di dekat sumber mata air yang ada di desa Karangnangka. Siang hingga malam, sandur dari berbagai kelompok tampil. Pada dasarnya hanya ada enam  atau tujuh tembang yang diulang-ulang."Tujuan kegiatan tersebut agar sumber mata air tidak habis dan sebentuk penghargaan terhadap sumber mata air yang telah mengaliri sawah juga ke rumah-rumah sebagai air minum", Anwari menambahkan. Sandur lorgha tampil dua kali setahun, di awal musim hujan dan saat musim kemarau.

Spirit sandur lorgha diserap Anwari dan diaplikasikannya dalam pola latihan berteaternya. Lourhei sebagai metode penyutradaraan adalah saat aktor memerankan diatas panggung,  dia mengalami dorongan spiritual, ada harmonisasi hidup dan spiritual. Dalam tubuh aktor, ada harmonisasi antara dia dan dunianya, dia pusat dari penonton saat diatas pentas.

Semula Anwari melakukan proses pentas "Mini-Mini #3 Batu" di Sumenep. Setelah dua bulan berproses, muncul indoktrinasi dari tokoh senior di Sumenep yang membuat delapan aktornya merasa tidak nyaman untuk meneruskan proses latihan. Anwari pun memindahkan proses latihan ke Bangkalan. Anwari menawarkan proses latihan kepada Elyda K.Rara dan Teater Komunitas di Malang yang telah dikenal sebelumnya. Anwari sendiri mengajak dua aktornya: Yudha La Tahzan(Jember) dan Chaex(Bangkalan).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun