Mohon tunggu...
Kuntoro Boga
Kuntoro Boga Mohon Tunggu... Kepala Pusat BRMP Perkebunan, Kementerian Pertanian

Kuntoro Boga Andri. Alumnus IPB 1998, gelar Magister (2004) dan Doktor (2007) dari Saga dan Kagoshima University, Jepang. Peneliti Utama LIPI (2017) dan pernah sebagai Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (2016-2018), Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (2018), sebelumnya Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan (2018-2024), dan Kepala Pusat BSIP Perkebunan (2024-2025). Sejak 25 Maret 2025 menjabat Kepala Pusat BRMP Perkebunan, Kementan.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kebangkitan Petani Indonesia: Tonggak Kedaulatan dalam Perayaan ke-117 HARKITNAS

21 Mei 2025   20:01 Diperbarui: 21 Mei 2025   20:46 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perbaikan jaringan irigasi membantu peningkatkan produksi dan semangat bertanam padi di Simalungun, Sumatera Utara (Sumber: Dokpri)

Program ini sekaligus menghidupkan kembali semangat ekonomi kerakyatan yang pernah digagas Bung Hatta, yang menegaskan bahwa "koperasi adalah soko guru ekonomi Indonesia."  Hal ini mencerminkan transformasi struktural yang menjadikan petani bukan lagi sekadar objek pasar, tetapi subjek yang memiliki kendali atas harga dan distribusi hasil pertaniannya.

Dengan semakin kuatnya posisi tawar petani melalui kelembagaan koperasi, ketahanan pangan nasional tidak hanya semakin kokoh, tetapi juga lebih adil dan berkelanjutan. Koperasi tak lagi sekadar wadah administrasi, melainkan motor penggerak ekonomi desa yang mengintegrasikan produksi, pembiayaan, distribusi, hingga teknologi.

Dari Swasembada ke Ekspor

Kebangkitan pertanian Indonesia tak hanya dirasakan di dalam negeri. Ekspor komoditas pertanian pada 2025 diproyeksikan tumbuh 12%, didorong oleh permintaan buah tropis (durian, manggis) dan komoditas unggulan seperti kopi, kakao, dan minyak sawit berkelanjutan. Bahkan, untuk pertama kalinya sejak era 1980-an, Indonesia pada tahun 2025 ini dicanangkan mulai  mengekspor beras  ke negara-negara tetangga, Timur Tengah dan Afrika.

Meski patut diapresiasi, perubahan iklim tetap menjadi ancaman nyata. Badan Meteorologi (BMKG) memprediksi La Nina moderat akan melanda Indonesia pada tahun 2025, berpotensi membanjiri sentra produksi padi di wilayah produksi Jawa dan Sumatera. Selain itu, masalah dalam regenerasi petani dimana 60% petani Indonesia berusia di atas 45 tahun. Di sinilah peran agritech dan pendidikan vokasi menjadi krusial.

Kebangkitan Nasional 1908 dimotori oleh kaum terpelajar yang mendobrak mentalitas kolonial. Kini, 117 tahun kemudian, semangat itu hidup dalam jerih payah petani, yang merupakan pahlawan tanpa tanda jasa yang mengubah cangkul dan biji-bijian menjadi senjata melawan kelaparan dan ketergantungan impor.

Pertanian Indonesia sedang menulis babak baru,  dari sektor yang kerap termarginalkan menjadi penopang ekonomi dan kebanggaan nasional. Namun, jalan menuju kedaulatan pangan berkelanjutan masih panjang. Butuh konsistensi kebijakan, inovasi tanpa henti, dan yang terpenting, keberpihakan nyata pada petani kecil. Seperti yang pernah disampaikan Bapak Bangsa, Mohammad Natsir, "Bangunlah ekonomi dari bawah, dari rakyat sendiri, bukan dari menunggu kemurahan di atas". 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun