Mohon tunggu...
Kumala Dewi
Kumala Dewi Mohon Tunggu... -

Cinta dengan dunia baca dan tulis menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rindu Wanita Itu

2 Januari 2013   02:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:39 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Keranjang persegi panjang membentang di ruangan gelap, kamar seluas lima kali lima.Ukuran ruangan yang lumayan besar dibentengi dengan dua jendela bening berhorden biru langit. Sudut kamar dekat dua jendela bening berdiri payung lampu, terangnya agak sayu. Mungkin, di setting untuk lampu malam.


Anak berusia satu tahun lebih berada di kamar seorang diri. matanya masih membelalak padahal sudah masuk waktu dini. Pandangannya lurus menjurus ke langit-langit kamar, beberapa waktu mengoyang-goyangkan bola mata hitamnya.  Seakan-akan mencari sesuatu yang hilang.

Air nampak berjatuhan membasahi bumi dari balik kaca bening kamar bernuansa biru langit, tapi berkesan gelap. Walau dibentengi beton kuat, ternyata udara mampu menembus dari pori-pori batu beton kamar, udara menyentuh kulit si anak mungil ini. Kaki yang tadi berhuruf A manyempit, tangan yang terlentang, didekapkan ke dada.


Bola matanya tiba-tiba bergerak dengan cepat, suara parau keluar dari mulut bibir tipisnya. Seakan-akan memanggil seseorang yang tiap malam menemaninya.


Dari arah kepala anak, seorang wanita muncul, menggendongnya lalu dibalutnya dengan selimut, hangat. Bola mata hitamnya kini terlihat sayu, sesayu lampu kamar, suara paraunya perlahan menghilang. Lalu terbanglah bayi ke dalam dimensi lain. Diletakkannya ia ke dalam keranjangnya, di pandanginya, lalu diusapnya kepalanya.  Wanita itu lalu berlalu secara perlahan sesekali melihat ke arah anak itu, ia seakan tak rela berpisah, wajahnya menyiratkan kesedihan mendalam tidak puas dengan pertemuan yang berkisar sekian menit. Wanita itu berbalik membelakanginya lalu berjalan menembus beton kamar yang padat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun