Mohon tunggu...
Gerardus Kuma
Gerardus Kuma Mohon Tunggu... Guru - Non Scholae Sed Vitae Discimus

Gerardus Kuma. Pernah belajar di STKIP St. Paulus Ruteng-Flores. Suka membaca dan menulis. Tertarik dengan pendidikan dan politik. Dan menulis tentang kedua bidang.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Jalan (Terjal) Madrid Menegaskan Diri Sebagai King of Europe

30 Mei 2022   11:40 Diperbarui: 30 Mei 2022   12:03 1031
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Real Madrid menjuarai liga champions. https://www.kompas.com/

Liga champions musim ini telah berakhir seiring dengan partai final yang mempertemukan Liverpool vs Madrid. Dalam laga yang dihelat di Stade de France, Paris, Minggu (29/05/2022) dini, Madrid sebagai kampiun lewat gol tunggal Vinisius Junior pada menit 59.

Hasil ini mengukuhkan Madrid sebagai raja Eropa (king of Europe). Gelar kali ini menjadi koleksi ke-14 Madrid di ajang liga champions. Bila ukuruan kehebatan adalah jumlah gelar, dengan 14 piala yang mengisi lemari klub, kedigdayaan Madrid di Eropa tidak perlu diragukan.

Karena bila dibandingkan dengan gelar yang dimiliki klub lain, perbedaannya sangat mencolok. AC Milan sebagai runner up baru mengoleksi 7 gelar. Cuma setengah dari milik Madrid. Karena itu rasanya mustahil jumlah gelar Madrid ini disamai klub lain dalam waktu satu atau dua dekade ke depan.

Keberhasilan Madrid mengoleksi trofi liga champions sebanyak itu bukan jalan mudah. Liga champion adalah turnamen paling kompetitif di dunia. Klub yang berlaga di sini adalah yang terbaik dari setiap negara. Karena itu jalan mencapai final liga champions itu amat sulit. Setiap klub yang berlaga di liga champions harus tampil prima.

Sebagaimana yang ditunjukkan Madrid musim ini. Dalam perjalan merengkuh Si Kuping Besar, Madrid harus berhadapan dengan klub-klub besar dari negara lain. sejak fase group, Madrid setim dengan jawara liga Italia, Inter Milan. Namun Madrid berhasil lolos sebagai juara group.

Melaju ke fase gugur, Madrid lagi-lagi mendapat lawan berat. Walau demikian Madrid selalu tampil gemilang dengan melakukan "comeback" sensasional. Di awali pertandingan melawan PSG di babak 16 besar, Madrid berhasil menyingkirkan raksasa liga Perancis tersebut. Saat pertemuan pertama di kandang PSG, Madrid kalah 1-0 lewat gol Klyan Mbape.

Di leg kedua, peluang lolos Madrid hampir pupus ketika Mbape mencetak gol di menit ke 39. Namun Benzema menyalakan harapan Madrid dengan menciptakan "hattrick" gol dalam tempo 17 menit. Madrid melangkah ke perempat final dengan agregat 3-2.

Di babak 8 besar, ujian Madrid tidak kalah hebat. Adalah Chelsea, juara bertahan liga champions yang menjadi lawan. Melawan Chelsea, Madrid berhasil menang 1-3 pada leg pertama yang di kandang Chelsea, Stambridge. Dalam laga kedua di Bernabeu, Madrid yang sempat dibuat menderita kaetika Chelsea mampu unggul 0-3. Namun Madrid bangkit dan menceploskan dua gol lewat kaki Rodrygo dan Benzema. Walau kalah, Madrid berhak melangkah ke fase berikut dengan keunggulan agregat 5-4.

Di babak semifinal, Madrid menghadapi batu sandungan yang tak kalah berat, Mancester City. Melawan penguasa liga Inggris itu, Madrid menelan kekalahan pada leg pertama di kandang City. Takluk dengan skor 4-3, Madrid membalas dengan skor 3-1. Lagi-lagi kemengan ini didapat dengan cara sensasional. Sempat tertinggal oleh gol Riyad Mahrez pada menit 73, Madrid bangkit menyamakan agregat lewat gol Rodrygo pada menit-menit akhir pertandingan. Dan satu gol Benzema di masa perpanjangan waktu melapangkan jalan Madrid mencapai puncak. Madrid menuju Paris dengan agregat 6-5.

Ujian Madrid sesungguhnya ada di final. Karena semua kemenangan sensasional dibabak sebelumnya tidak akan bermakna tanpa raihan trofi. Dan ujian itu bernama Liverpool. Lawan yang dihadapi ini bukan klub "kaleng-kaleng". Raksasa liga Inggris ini sedang dalam laju positif. Di liga domestik, Liverpool baru saja menambah koleksi gelar kedua musim ini setelah menjuarai piala FA. Dan menjadi satu-satunya klub yang masih berpeluang meraih quadruple, walau pada akhirnya gagal. Di liga champions, dalam perjalanan mencapai final, Liverpool adalah klub yang hanya sekali menelan kekalahan saat melawan Inter Milan di babak 16 besar. Melihat lawan di final, banyak prediksi yang meremehkan Madrid dan mengunggulkan Liverpool.

Di liga champions, Liverpool dan Madrid punya sejarah hebat. Keduanya sudah berhadapan tiga kali di final. Pertemuan terakhir terjadi empat tahun lalu di Kiev dan dimenangi Madrid 3-1. Kekalahan yang membuat pemain Liverpool menyimpan dendam terhadap Madrid. Mohamad Salah, misalnya, setelah Liverpool memastikan tempat di final, langsung sesumbar menghadapi Madrid ketika ditanya klub yang ingin dihadapi.

Artinya motivasi mereka menghadapi Madrid di final adalah ingin membalas dendam. Karena itu mereka datang ke Stade de France hanya ingin membalas dendam terhadap Madrid, bukan untuk menjuarai liga champions. Di sini pemain Liverpool lupa bahwa lawan dihadapi adalah Madrid. The King of Europe. Pelajarannya, siapa saja boleh mengumbar kata-kata, tapi harus mengukur diri.

Madrid sang raja Eropa menjadikan final sebagai ajang pengukuhan diri (Madrid tidak perlu membuktikan diri lagi) sebagai raja Eropa. Bermain taktis dan efektif di partai final, Madird membiarkan Liverpool menguasai pertandingan dan menunggu moment untuk memukul balik saat lawan lengah. Madrid benar-benar memberi pelajaran untuk Liverpool. Bertandinglah untuk memenangi laga. Bukan untuk melampiaskan dendam.

Di partai final, Madrid memang terus ditekan Liverpool. Pertahanan Madrid dikurung hampir sepanjang laga. Walau demikian, gawang Madrid tidak kebobolan. Dari 24 percobaan yang dilakukan dengan 9 tembakan menemui sasaran, tidak satu pun berbuah gol. Madrid, sebaliknya hanya memiliki 4 tembakan ke gawang dengan dua mengarah ke gawang, satu peluang berhasil dikonversi menjadi gol. Itulah gol kemenangan yang dicetak Vinisius di menit 59. Lagi-lagi pelajaran berharga buat Liverpool, kemenangan dalam sepakbola tidak ditentukan lewat penguasaan bola. Tim mencetak gol (lebih banyak) itulah pemenangnya.

Melihat perjalanan Madrid dalam merengkuh trofi Si Kuping Besar, terbaca jalan yang dilalui sungguh terjal. Menghadapi para raksasa, Madrid berhasil menjungkal mereka satu persatu. Lalu apa yang membuat Madrid mampu melalui jalan terjal dan keluar sebagai pemenang?

Mengikuti pendapat khalayak, ada penialaian bahwa kesuksesan Madrid menjuarai liga champions karena faktor keberuntungan. Benar bahwa dalam suatu permainan, keberpihakan dewi fortuna kadang turut menentukan kemenangan sebuah tim. Namun melihat perjuangan Madrid menuju tangga juara, anggapan itu tidak pantas disematkan pada Madrid. Melakukan comeback sebanyak tiga kali menghadapi lawan-lawan berat dengan hanya mengandalkan faktor keberuntungan semata jelas tidak logis.

Karena itu, setidaknya ada tiga faktor yang menjadi kunci Madrid melewati jalan terjal merengkuh trofi Si Kuping Besar. Pertama, skill. Ini berkaitan dengan kemampuan individu pemain. Skill adalah salah satu elemen penting dalam sepakbola. Dengan skill yang dimiliki, pemain akan mudah mengontrol dan mengolah bola dengan baik. Pun mampu mengecoh dan menghadang lawan.

Pemain dengan skill tinggi berada pada level berbeda dengan pemain lain. Skill inilah yang membedakan seorang pemain dengan pemain lain. Dan semua orang tahu, Madrid adalah klub kaya yang bertaburan pemain bintang. Pemain yang punya kemampuan lebih dari pemain lain. Tanpa meremehkan klub dan pemain lain, setiap pemain yang menghuni klub ini adalah pemain yang tidak diragukan lagi mengolah si kulit bundar. Klub ini dijuluki Galaticos karena bertaburan pemain bintang.

Lihat saja Vinisius Junior dengan kemampuan lari seperti rusa dan melakukan gocekan. Atau Kroos dan Modric dengan keahlian dalam memberi umpan. Juga Benzema dengan naluri sebagai penyerang yang sudah teruji dalam menjebol gawang lawan.

Kedua, taktik. Ini berkaitan dengan stragtegi yang diterapkan dalam permainan. Dalam hal taktik permainan, pelatih lah orangnya. Seorang pelatih yang menentukan taktik dan atau strategi yang dipakai dalam permainan. Ibarat arsitek yang merancang bangunan, pelatih lah yang merancang "bangunan" permainan sebuah tim lewat taktik. Bicara taktik di Madrid, Anceloti adalah otaknya. Juru taktik asal Italia inilah yang merancang bentuk permainan Madrid.

Ketiga, mental. Ini berkaitan dengan psikologi pemain yaitu kesiapan pemain untuk bertanding. Performa pemain di lapangan hijau sangat ditentukan oleh mental yang dimiliki. Tanpa mental yang baik, pemain tidak akan bisa bermain dengan baik. Dengan mental yang baik, pemain akan tampil maksimal. Ada pernyataan bahwa untuk memenangi pertandingan dibutuhkan dua hal. Pertama, 90% persiapan mental. Kedua, 10% persiapan fisik.

Mentalitas ini tidak hanya berkaitan dengan individu tetapi juga sebagai tim. Sebagai individu maupun tim, mentalitas Madrid saat ini sudah teruji ketika berlaga di liga champions. Pemain seperti Benzema, Modric, Kroos, Casemiro, Coustouis, Alaba, Carvajal, sudah merasakan atmosfir liga champions hingga final beberapa kali.

Sebagai tim, mentalitas Madrid tak perlu diragukan. Ada pernyataan, bila ingin menjuarai liga champions, bermainlah di Real Madrid. Karena di liga champions Madrid bermental baja. Nama besar klub membuat etiap pemain yang mengenakan jersey Madrid dan bertanding di liga champions akan termotivasi. Sejarah hebat klub di liga champions turut mendongkrak mental pemain yang bertanding.

Ketika bertanding di liga champions, Madrid memiliki mental kokoh sehingga mereka selalu berjuang sampai peluit akhir berbunyi. Halmana dapat dilihat saat tim ini beberapa kali lolos dari "lubang jarum" kekalahan dan melaju ke fase selanjutnya dengan sensasional. Bila pemain Madrid bermental "kerupuk", permainan sudah "selesai" saat mereka dalam posisi tertinggal. Di sinilah kematangan mental Madrid yang membedakannya dengan klub lain.

Kiranya ulasan ini menyadarkan para haters agar berhenti mencela Madrid. Kesuksesan Madrid jelas bukan keberuntungan. Skill, taktik dan mentalitas adalah pembeda yang membuat Madrid mampu melewati jalan terjal menuju singgana kejuaraan. Karena itu Madrid layak dinobatkan sebagai king of Europe.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun