Mohon tunggu...
Kurnia Trisno Yudhonegoro
Kurnia Trisno Yudhonegoro Mohon Tunggu... Administrasi - Agricultural,Economic consultant and military enthusiast

Agricultural,Economic consultant and military enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Coronavirus dan Proyek Ibu Kota Baru: Saatnya Realistis Menghadapi Kenyataan

27 Maret 2020   15:48 Diperbarui: 27 Maret 2020   15:54 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gambar didapat dari Foreign Policy Council of Europe
Gambar didapat dari Foreign Policy Council of Europe

Britania Raya saat ini juga setali tiga uang. Dengan kondisi ekonomi yang masih tidak jelas pasca keputusan keluar dari Uni Eropa, dimana satu studi menyebutkan nilai potensia investasi yang bisa keluar (capital outfow ) mencapai 174 Milyar Poundsterling / 2.000-3.400 Trilyun rupiah bila gagal mendapatkan kesepakatan dengan Uni Eropa (no-Deal).

Selain itu, akibat wabah coronavirus, pemerintah Britania Raya juga turut mengeluarkan stimulus sebesar 39 Milyar US$/600 Trilyun Rupiah. Sehingga jelas pada 2021---atau bahkan 2022, semua uang yang ada di mereka akan digunakan untuk periode penyembuhan, atau malah terkunci dalam obligasi negara.

Softbank juga berada pada kondisi yang sulit, seminggu yang lalu Softbank "menyerah" pada tekanan investor karena harga sahamnya terus menukik. Softbank dikabarkan akan melikuidasi asetnya sebanyak 41 Milyar US$ untuk melakukan program "buyback" saham.

Hal ini akan semakin mempersempit ruang anggaran investasi kedepannya. Bahkan beberapa perusahaan yang menjadi portofolio utama Sotbank seperti Uber dan WeWork, tidak dalam kondisi yang begitu sehat, terutama WeWork yang membuat Softbank rugi 10 Milyar US$ pada akhir tahun 2019 lalu (diluar kerugian valuasi sebesar 30 Milyar US$).

Di luar itu secara umum swasta internasional belum akan sanggup untuk melakukan investasi ke negara emerging economies, setidaknya sebelum 2026. Mengapa demikian?


Karena stimulus negara-negara yang berjumlah setidaknya 3.000 Milyar US$ mayoritas akan berasal dari Surat Utang Negara, sehingga bila obligasi tersebut bertenor 5 tahun saja, maka uang tersebut baru akan tersedia pada akhir 2025.

Swasta Domestik pun setali tiga uang. Longsornya IHSG telah menyebabkan ambruknya jumlah kapital dari 7.265 Trilyun Rupiah pada akhir 2019 menjadi 4.854 Trilyun Rupiah pada akhir minggu lalu, praktis 2.800 Trilyun Rupiah telah menguap.

Kondisi ini diprediksi baru akan sembuh pada pertengahan 2021. Hal ini berarti kecil kemungkinan swasta domestik mau berinvestasi sebelum pertengahan tahun 2022, karena pasti akan menunggu modal sebelumnya kembali terlebih dahulu.  

Lalu bagaimana dengan KPBU?

KPBU

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun