Mengunjungi Venesia dengan mobil memang tidak mungkin, jadi mobil harus diparkir di luar pulau, lalu ke Venesianya disambung dengan bus air alias Vaperetto, atau naik taksi air, yang tentu lebih mahal dari bus air. Bila menginap di hotel-hotel mahal biasanya taksi air mengantar ke tempat tujuan dan para karyawan concierge hotel sudah siap menunggu di dermaga dan siap mengangkut koper.Â
Tapi bila kita menginap di hotel yang tidak memiliki fasilitas ini, maka harus siap-siap mendorong dan mengangkat koper melalui tangga-tangga di Venesia yang demikian banyak. Ketika kami di sana, seringkali kami berpapasan dengan turis dari Asia, yang tampak kepayahan dengan koper mereka yang luarbiasa besar. Untunglah, kami memutuskan menginap di Lido di Jesolo, kami hanya perlu membeli tiket harian seharga 20 Euro per orang, memarkir mobil di pelabuhannya seharga 5 Euro seharian dan bisa melenggang menikmati Venesia, bahkan Burano dan Murano tanpa beban.
Burano
Musim panas tahun 2006 ketika kami sekeluarga ke Venesia, kami hanya berputar-putar di Venesia, kali ini kami sekeluarga ingin mengeksplorasi Venesia di musim dingin dan melihat-lihat pulau-pulau di sekitar Venesia seperti Burano - pulau nelayan, yang berisi rumah-rumah berwarna-warni lalu Murano, pulau dengan industri pembuatan kaca tiupnya yang terkenal.
Ternyata memang miring hampir 3,45° hampir semiring Pisa 3,97°. Burano adalah pulau nelayan, yang rumahnya dicat warna-warni, sangat unik dan menarik sudut-sudutnya. Keberagaman warna bangunannya ini membuat kami menerka-nerka apa diantara para pemilik rumah ini janjian atau tidak sebelum mengecat rumahnya, karena tidak ada satupun rumah berdempetan terlihat dengan warna cat sama. Puas menikmati pulau Burano, kami lanjutkan naik bus air ke Murano.
Murano
Sayangnya, kami harus gigit jari karena ternyata di akhir tahun para perajin kaca ini juga libur. Akhirnya kami berkeliling di Murano dan keluar masuk toko lalu belanja. Bagi penyuka perhiasan kaca atau hiasan dari kaca, memang sullit juga bila tidak melirik apa saja yang terpajang di etalase toko.Â
Untunglah putri kami tidak menyerah dan berhasil menemukannya, karena restoran ini akhirnya menjadi salah satu highlight kami di Venesia, makanannya sangat enak, harga terjangkau dan halal pula. Di sana kita bisa memilih menu orient, mulai dari nasi biryani, kebuli, maqluba, couscous dll. Hmmmm .... sangat direkomendasikan deh.
Sulit mencari spot menarik tanpa turis terlihat di sana sini. Padahal suhu makin malam makin dingin, tapi turis tampaknya tidak pernah surut. Bila lelah berjalan kami sambung naik bus air, sayangnya karena memang padat pengunjung menunggu sampai terangkut bus air juga harus nunggu lama.
Laguna Venetia ini pernah di bawah kekuasaan Perancis dan Austria sebelum akhirnya jatuh ke Italia. Keistimewaan dan kecantikan Basilica dan Palazzo Ducale mengukir sejarah kejayaan Republik Venedig yang makmur pada abad ke-18. Walaupun penduduk resminya semakin berkurang tapi Venesia tidak pernah kehilangan daya tarik untuk turis. Hal itu sudah saya lihat tidak hanya musim panas, musim dingin pun tidak sepi pengunjung. (ACJP)