Mohon tunggu...
Kristo Ukat
Kristo Ukat Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Dosen di STP St. Petrus Keuskupan Atambua-Kefamenanu-Timor-Nusa Tenggara Timur

Menulis, Membaca, Fotografi, Bertualang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Awal Aku Mengenalmu

2 Juni 2023   09:55 Diperbarui: 2 Juni 2023   10:01 613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kala itu, hari pertama aku berjumpa dengannya. Hal pertama yang aku dapatkan darinya adalah senyumnya yang manis, wajahnya yang mulus bersinar, rambutnya yang lurus melingkar di atas bahu dan bola matanya yang indah bila dipandang.  Dan ku akui bahwa dialah salah satu pemilik senyum manis berbadan kurus dan mempunyai satu kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain, yaitu cara belajarnya yang sulit ditebak.

Pada suatu waktu, aku memberanikan diri ketika kami dikumpulkan dalam satu ruang dengan maksud untuk memilih jurusan. Ini adalah hal baru yang aku dapatkan ketika menginjakkan kaki di SMA. Dan pilihan kami sama yaitu jurusan IPS. Ini adalah kesempatan bagus agar aku bisa mengenalnya lebih dalam lagi. Namun, hari ini sungguh amat mengecewakan ketika aku berusaha sebisa mungkin untuk mendekatinya, lonceng tanda keluar berbunyi seakan-akan mau menggagalkan rencanaku untuk mendekati si pemilik senyum manis itu.

Pada saat kami berjalan menyusuri sebuah jalan kecil yang ada di samping kelas, tidak kusadari bahwa yang mengikutiku dari belakang adalah dia, si pemilik senyum manis itu. Tiba-tiba saja aku kehilangan akal entah apa yang aku harus lakukan. Dengan berani aku menoleh ke belakang sambil memberi senyum, dan dia si pemilik senyum manis itu pun membalasnya. Dalam hati sepertinya suara hati ini mengatakan bahwa aku harus mendekatinya. Dan saat ini adalah waktu yang tepat. Aku berusaha untuk mendekatinya namun karena banyak orang yang melewati jalan setapak itu maka aku kehilangan jejak dengannya. Aku pun tidak putus asa dan mau berhenti di sini. Dalam barisan aku pun melirik ke kiri, kanan, depan, belakang ingin memastikan dia keberadaannya.

Akhirnya pengumuman bagi siswa baru di sekolah itu pun selesai disampaikan oleh Wakasek pak Almiro, guru kimia untuk kelas MIA, sebutan bagi jurusan alam dengan menggunakan kurikulum K13. Siswa-siswi memberi hormat dan mulai meninggalkan barisan. Aku dengan tergesa-gesa memalingkan pandangan ke kiri dan kanan mencari keberadaan si pemilik senyum manis itu. Tidak sengaja aku menabrak seorang laki-laki berbadan kurus tinggi dan mempunyai kumis tipis dengan muka yang sedikit seram. 

"Aduh maaf, tidak sengaja" begitu kataku. Balasnya "tidak apa-apa," sambil tersenyum. Seketika itu juga muka seramnya berubah menjadi cerah ketika menyapaku. Aku pun tidak menghiraukan pandangannya yang berusaha mengamat-amatiku sejak aku meminta maaf padanya.

Ia pun langsung bertanya ketika aku melihat ke arah depan. "Sepertinya kamu sedang mencari seseorang yang ada di sini." Karena sibuk, aku tidak merespon apa yang ia katakan. Sambungnya dengan nada agak keras, "Woi, punya telinga atau tidak?" Aku pun kaget dengan apa yang cowok kumis muka seram itu katakan padaku sejak tadi. Lalu kataku dengan malu tersipu-sipu, "Ah iya apa?" Lalu ia pun langsung memutar motornya, meninggalkanku seorang diri. Lalu kataku dalam hati, "dasar cowok tak punya hati, bisa-bisanya tinggalin cewek sendirian". 

Sementara berusaha untuk mendahului teman-teman lain yang juga berjalan kaki, aku berhasil menemukan si pemilik senyum manis itu. Ia sedang bercanda gurau bersama dengan teman-teman barunya. Aku tidak sabar ingin untuk mengenal siapa namanya. Aku langsung berlari kecil hingga tiba di depannya.

Langkahnya terhenti karena dikagetkan oleh kehadiranku secara tiba-tiba. "Kamu?" katanya. "Iyah ini aku." Ia tersenyum sambil mengulurkan tangannya untuk bersalaman sekalian memperkenalkan diri. "Saya, Ela" katanya. Lalu saya pun membalasnya dengan menjabat tangannya, yang sudah susah untuk tahu siapa namanya. Aku tersenyum sambil berkata, "aku, Desy", sambil bersalaman dengan yang lainnya.

Panas terik matahari di bulan Juli dan dengan tiupan angin menemani kami dalam perjalanan pulang, sekaligus pertemuan kami untuk yang pertama kalinya. (DC)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun