Mohon tunggu...
Heart Light
Heart Light Mohon Tunggu... Mahasiswa - Heart Light🍓

Simple girls 🌷🍀 🌷and be my self Life is Love❤️

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Belajar Tak Mengenal Tempat

28 Januari 2022   15:00 Diperbarui: 28 Januari 2022   15:03 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image : id.lovepik.com

Terik matahari terasa menyengat di kulit, namun aku memilih untuk keluar rumah. Ini hari pertama di minggu kedua, yaitu hari Senin. 

"Pasti bank cukup antri, " begitu pikirku.

Aku bukan bermaksud untuk menyimpan atau mengambil sejumlah uang dari tabungan. Kartu ATM yang biasa kugunakan, tiba-tiba tak dapat diakses dan terblokir. Aku baru mengetahui kemarin siang, ternyata ada kebijakan baru dari bank.

Kulajukan kendaraan menuju bank terdekat di wilayahku, namun terlihat antrian panjang di halaman. Aku berpikir sesaat, lalu kuteruskan laju kendaraan menuju bank di luar wilayahku. Cukup 15 menit untuk sampai ke sana dengan kecepatan standart.
Sampai di sana, pemandangan yang sama terlihat, antrian juga sudah sampai luar. Apa mau dikata, akhirnya aku memarkir kendaraan.

"Pak, sampai jam berapa bank buka?" tanyaku spontan pada sang juru parkir.

"Tutup jam 3 mbak, tapi pelayanan sampai jam 2 saja," jawab pak parkir.

"Iya pak. Terimakasih infonya," kataku mengakhiri pembicaraan. 

Aku seraya bergegas ke antrian yang terakhir. Selang beberapa saat aku bukan yang terakhir namun ada lima orang yang sudah berjajar dibelakang.

Sinar matahari cukup terik, menyengat di kulit. Semua berharap antrian segera berjalan maju dan mendapat tempat yang teduh. Aku mencoba membuka ponsel namun tak keliatan di layar sehingga kumasukkan dalam tas. 

Sontak aku mendengar suara, "tujuh tambah lima, sepuluh ya bu?" tanya anak perempuan kecil kepada seorang ibu muda.

"Lhoo, coba pake jari adik untuk menghitungnya, " kata sang ibu pada si anak, sambil melihat buku dipangkuan anaknya.

Anak itu mulai menggunakan kedua tangannya, lalu berkata, "enggak cukup jariku bu." 

Sang ibu tersenyum sambil meminjamkan satu tangannya untuk dipakai menghitung si anak. Mereka terlihat sibuk menjawab pertanyaan itu dengan jari-jarinya.

Mereka duduk di bawah pohon di dekat parkiran. Anak itu terlihat memakai seragam putih merah dengan jaket pink diluarnya. Penampilannya tampak rapi, bersepatu hitam serta rambut di kepang, seperti baru pulang dari sekolah. Anak itu nampak antusias belajar. Mungkin sudah lama menunggu atau bosan sehingga digunakan kesempatan untuk belajar atau mengerjakan PR. Mereka seperti menunggu seseorang.

Image : kabarkini.co
Image : kabarkini.co

Tatkala aku asik memandangi sang anak dan ibu itu, ternyata antrian di depanku kosong. Aku diingatkan orang di belakang untuk maju barisan. Akhirnya, aku mendapatkan keteduhan dengan atap depan bank yang memayungi. 

Tiba-tiba terasa hembusan angin, cukup sejuk namun dapat menjatuhkan banner yang tertata apik di depan pintu masuk bank. Terlihat petugas kebersihan kebingungan menata ulang banner itu, namun tetap terhempas angin serta berantakan lagi. Ada nasabah yang memberikan saran untuk dikasih tali di bagian penyangga. Namun ketika dicoba tetap saja banner itu jatuh. Akhirnya oleh petugas itu, dikemasi  serta dibawa ke dalam.

Tak berselang lama, sampailah aku di depan pintu masuk bank. Pintu itu ditutup oleh petugas yang menjaga jalannya antrian dalam bank. Kemudian terdengar suara pintu dibuka dengan sambutan sapaan yang ramah oleh petugas. Aku dipersilahkan masuk, kami berbincang sebentar kemudian diberi nomer antrian sesuai kepentinganku.

Terlihat suasana padat di dalam, banyak yang masih menunggu antrian untuk dilayani. Hampir semua nasabah punya masalah yang sama denganku, sehingga counter customer service yang paling ditunggu. Terlihat para pegawai yang cantik dan tampan, membuat para nasabah betah untuk menunggu. Ditambah udara sejuk dengan aturan AC yang cukup serta aroma wangi lavender, mampu menambah kenyamanan. 

Aku menunggu sambil berselancar di dunia maya melalui gadget. Hingga tiba giliran nomer antrianku terdengar dan muncul di running text. Aku menuju ke counter serta dilayani seorang Customer Servise yang sangat cantik, mbak Nindya namanya.

Hari Senin yang penuh dengan cerita, namun aku cukup menikmatinya. Walaupun sempat  mencari jalan agar tak mengantri, tapi itu membuat aku melihat dan bertemu banyak pemandangan di sekitar. Itulah ceritaku, si gadis manis bergigi gingsul, Amelia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun