Mohon tunggu...
Heart Light
Heart Light Mohon Tunggu... Mahasiswa - Heart Light🍓

Simple girls 🌷🍀 🌷and be my self Life is Love❤️

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menemukan Kehidupan

10 Mei 2021   14:15 Diperbarui: 10 Mei 2021   14:18 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image : id.depositphotos.com

Nuansa penuh mobilitas tinggi, serba cepat, serba canggih  serta serba  mudah mewarnai  manusia modern di kota besar. Mulai dari pagi,  sudah dijejali lalu lintas padat merayap, tugas serta aktivitas yang menuntut banyak energi untuk mencapai deadline, penjualan & negosiasi yang berjalan cepat. Tempat makan, cafe serta sarana hiburan seolah menjadi  wadah untuk menuangkan kejenuhan serta keletihan dalam beraktivitas.     Tetapi  sejak awal 2020 semua berubah, dari yang tadinya semua berjalan cepat kini semua menjadi lambat. Dari yang tadinya bebas melakukan aktivitas, kini berubah menjadi terkungkung di batasi ruang. Berkerja tak mengenal mengenal waktu menjadi trend, kuliner dan memasukkan junk food dalam tubuh menjadi hobi dan berolahraga merupakan aktivitas menjenuhkan namun  kini, kian memilih apa saja makanan yang masuk, memprioritaskan waktu untuk beristirahat serta meluangkan waktu agar tubuh bergerak sehat. Perubahan ini pun membawa dampak yang positif, bila dulu sebagai anggota keluarga, rumah adalah tempat persinggahan dan setiap anggota keluarga sering tak sempat  bertegur sapa karena berbagai aktivitas. Namun sekarang rumah merupakan sarana untuk berkomunikasi, saling membangun serta saling melengkapi.

Panggil saya Ditya, seorang pegawai perusahaan tekstil . Sehari-hari bergelut dengan mesin-mesin pemintal benang.  Biasanya saya bekerja mulai pagi sampai sore hari. Tapi kini pekerjaan itu sudah tidak dilakukan lagi karena 2/3 pegawai perusahaan sudah di rumahkan sementara akibat pandemi covid. Di tambah beberapa pegawai ada yang positif saat dilakukan rapid test sehingga beberapa karyawan di isolasi mandiri.  Pegawai yang tersisa untuk bekerja pun juga di bagi dalam beberapa shift agar memenuhi protokol kesehatan yang ketat.
"Aku kan pekerja yang baik, selalu disiplin saat bekerja. Aku tidak pernah melakukan kesalahan apapun pada perusahaan. Dan juga seringkali aku bekerja melebihi waktu serta seringkali lembur agar target yang di tetapkan oleh perusahaan terpenuhi."Ditya terdiam  dalam pemikirannya.
"Dan lagi, tidak mungkin aku terinfeksi virus ini. Aku tidak merasakan apa-apa di tubuhku, aku sehat-sehat saja. Mungkin alat yang di pakai untuk cek, sedang error' atau tidak valid. Kalau di bilang si Boby pun juga sehat-sehat saja, tapi dia juga positif. Pasti ini ada sesuatu yang salah atau apakah ini sebuah konspirasi?" gejolak dalam diri, dengan kenyataan yang dialami.
Dalam lamunanitu, dikejutkan oleh ketokan pintu serta  suara istri yang mengingatkan untuk makan. Ditya langsung menyantap masakan istrinya yang tau betul rendang daging adalah kesukaan suaminya. Tapi kali ini istrinya menyuguhkan menu komplit ditambah sayur serta buah sebagai pelengkap. Istrinya berharap Ditya selalu sehat dan mempunyai imun yang kuat untuk menangkal virus yang menyerangnya. Ini hari pertama dia di isolasi.

Ditya termasuk salah satu pegawai perusahaan yang positif covid saat dilakukan rapid  test masal di perusahaannya. Karena Ditya tidak menunjukkan gejala pada tubuhnya, oleh perusahaan  disarankan untuk isolasi mandiri selama 14 hari di rumah serta seluruh anggota keluarga yang tinggal bersama juga di test rapid. Sungguh kebesaran Tuhan, istri dan anak-anak Ditya hasilnya semua negatif sehingga hanya Ditya yang harus isolasi mandiri di rumahnya, di lantai 2. Ditya seperti hidup sendiri dan ruang geraknya hanya terbatas di lantai atas saja. Istri dan anaknya tidak bisa menemani secara fisik dan selalu di dekatnya. Istrinya hanya mengantarkan makanan dan keperluan Ditya saja, selebihnya mereka semua terpisah di satu atap tapi beda lantai. Syukurlah bahwa teknologi sangat canggih, Ditya pun masih bisa terhubung video call dengan istri serta anak-anaknya, begitu juga dengan teman-teman serta kerabatnya.

"Perusahaan tidak pernah menghargai aku, semua jerih lelahku selama ini. Padahal  aku  selalu menomorsatukan pekerjaan bahkan aku tidak jarang mengesampingkan keluargaku demi perusahaan. Tapi kenapa mereka malah merumahkan aku. Kenapa bukan mereka yang bekerja sembarangan, selalu mangkir dan hanya terlihat baik saat ada atasan, mereka malah aman dan masih tetap bekerja. Dan juga virus-virus ini, kenapa harus aku yang kena?Aku kan selalu rajin berolahraga, aku juga menjaga makanan yang masuk dalam tubuhku. Tidak seperti teman-temanku yang makan sembarangan dan tidak peduli dengan kesehatannya. Tapi kenapa kamu ada dalam tubuhku."perasaan marah ini tiba-tiba keluar dari hati. Rasa jengkel dan tidak terima akan kenyataan yang dialami begitu menyita waktunya. Situasi ini tidak pernah dia bayangkan terjadi pada dirinya, dimana Ditya merupakan tulang punggung keluarganya, ada istri serta anak-anaknya yang diberi makan, dibiayai untuk kebutuhannya. Sedangkan kini tidak ada penghasilan yang dia terima ditambah lagi dia harus isolasi di rumah. Bagaimana dia mendapatkan penghasilan pengganti bila dia hanya terbatas di rumah saja.
Video call pun berdering, dengan sigap Ditya mengangkatnya ternyata sahabatnya Boby yang menanyakan kabar.  Mereka berdua sahabat lama dari SMA dan juga satu pekerjaan.Di tambah lagi nasib mereka pun sama terinfeksi virus covid serta dirumahkan. Mereka saling bercerita  dengan apa yang dialami saat ini. Tanpa terasa mereka berbincang sampai sore. Lalu tiba-tiba Ditya teringat kata-kata Boby. Andai saja waktu itu, mereka tidak sering nongkrong ke warung kopi setelah pulang kerja pada saat awal-awal  pandemi, mungkin mereka akan sehat. Apalagi selama ini Ditya tidak pernah berolahraga karena tidak ada waktu.

Hari berganti, dimana Ditya melakukan aktivitasnya terbatas di ruang atas. Rasa bosan mulai menghampirinya. Dari yang biasanya bergerak melakukan aktivitas, bercengkrama dengan anak-anak, istri serta teman-temanya, sekarang aktivitasnya hanya memegang Hp, makan, tidur, mau menonton TV seperti malas. Apalagi di pikirannya saat ini berkecamuk "aku tidak berguna, tidak bisa membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga, suami serta ayah macam apa aku ini, membiarkan anak dan istriku sendirian berjuang. Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa, virus ini bisa menggerogoti tubuhku pelan-pelan dan bila aku keluar untuk mencari pekerjaan, apa yang akan terjadi pada mereka yang bertemu denganku. Bisa jadi mereka akan ketularan dan mengidap sakit seperti aku. Sebelumnya walaupun sakit, aku tidak seperti ini masih ada keluarga serta teman-teman yang datang menemaniku. Tetapi sekarang aku harus sendirian menghadapi sakit ini. Aku sudah putus asa dan menyerah, tidak tahu lagi harus berbuat apa".pikiran Ditya membara tanpa arah pulang.                                                  Tiba- tiba dada Ditya terasa sesak dan rasanya seperti sulit bernafas, badannya terasa lemas dan tak bertenaga. Muncul dalam pikirannya "Apakah sebentar lagi aku  akan mati dengan keadaan kesepian seperti ini. Aku belum siap untuk meninggalkan dunia ini, bagaimana dengan nasib anak-anak dan istriku. Siapa yang akan mencarikan nafkah mereka. Apakah mereka juga sanggup untuk kehilanganku. Aku juga masih belum menjadi orang yang baik, masih banyak dosa-dosaku".                                                     Ditya mencoba untuk melawan pikirannya yang kacau  dengan meminum air putih di meja. Dia mencoba untuk menenangkan dirinya, membuang pikirannya dan mulai menarik nafas dalam dan menghembuskannya. Hal itu dilakukan berulang - ulang dan sungguh ajaib, rasa sesak di dadanya berangsur-angsur hilang. Ditya baru ingat bahwa belum makan mulai pagi dan sekarang matahari sudah tepat berada di atas bumi. Akhirnya  dilahapnya makanan yang sudah disediakan istrinya. Tiba-tiba Ditya  teringat bahwa dirinya  masih di beri kesempatan untuk bisa bernafas serta bisa makan walaupun saat ini virus asing ini ada di dalam tubuhnya. Ditya berdoa  kepada Tuhan serta memohon ampun bila sudah putus asa. Ditya bersyukur bahwa masih bisa melakukan aktivitas walaupun terbatas, juga masih ada keluarga dan teman-teman yang mendukung dalam bentuk Videocall. Ditya teringat bahwa hidup ini pemberian dari Tuhan dan tidak akan pernah tahu kapan Tuhan akan mengambilnya. Sebagai manusia tidak bisa berbuat apa-apa yang bisa dilakukan hanyalah berserah padaNYA dan tetap berjuang dengan apa yang sudah Tuhan berikan. Lalu Ditya berdoa"Aku menyerahkan semuanya pada Tuhan, biarlah kehendak Tuhan yang terbaik terjadi pada diriku. Aku juga menyerahkan  keluargaku (anak-anak dan istri), Tuhan yang pasti pelihara mereka dan mencukupkan semua kebutuhan. Bila Tuhan ijinkan aku untuk sembuh maka aku akan menjadi suami dan ayah yang baik buat keluargaku. Aku  akan berusaha untuk mencari pekerjaan sambilan  sambil menunggu panggilan dari perusahaan. Aku tahu bahwa bukan hanya aku sendiri yang mengalami ini semua tetapi semua orang di belahan dunia juga mengalami apa yang aku alami. Mohon kuatkanlah dan sabarkanlah hatiku Tuhan". Setelah berdoa hatinya terasa tenang dan damai. Seolah semua beban ini terlepas dan ada Tuhan yang selalu menuntunnya, walaupun apa yang terjadi di depannya tidak ada yang pernah tahu.

Esok hari ketiga pun tiba. Ditya bangun pagi-pagi untuk beribadah dan berdoa, memohon kekuatan dari Tuhan untuk menghadapi hari ini. Ditya sadar bahwa ini semua terjadi atas kehendak Tuhan dan pasti ada rencana Tuhan di balik ini semua. Setelah itu Ditya belajar berolahraga ringan dengan melihat tutorial di YouTube. Lalu membersihkan diri dengan mandi sebelum menyantap sarapan di depannya. Mulai hari ini ditya berjanji untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan hidup yang Tuhan beri. Dia mengutak-atik laptopnya, mencari info untuk mengembangkan dirinya melalui webinar, melihat tutorial di YouTube cara menanam bunga dan buah  yang selama ini menjadi hobinya tetapi terbengkalai karena kesibukan di tempat kerja. Ditya ingin berkebun di samping rumahnya, agar dapat beraktivitas lagi serta hasilnya dapat untuk memenuhi kebutuhan hidup sambil menunggu perusahaan memanggilnya. Namun itu akan dilakukan saat dia benar-benar negative dari virus covid. Sekarang dia berjanji untuk pantang menyerah karena dia masih punya Tuhan, keluarga serta orang-orang yang menyayanginya. Tidak lupa Ditya menyempatkan diri untuk berkomunikasi dengan keluarga serta teman-temannya.                                                                                                                                    Hari demi hari dia jalani dengan aktivitas serta pikiran yang positif,  tidak terasa hari keempat belas pun akan tiba dan akhir dari perjuangan Ditya selama ini berbuahkan hasil  dengan test rapid yang menunjukkan hasil negatif. Dia sangat bersyukur dan segera pulamg untuk memberitahukan kepada istri dan anak-anaknya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun