Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perhatian Mengajarkan Kita Bagaimana Sesungguhnya Beriman

7 Oktober 2021   22:11 Diperbarui: 7 Oktober 2021   22:17 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memberi sedekah adalah bentuk perhatian yang menyekolahkan hidup keberimanan seseorang. Foto: https://www.republika.co.id/. 

Pada Hari Raya Tahun Baru Cina kemarin (2018), seorang tokoh terkemuka di Indonesia, Mahfud MD menyampaikan ucapan selamat kepada orang-orang Cina. Bentuk perhatian Mahfud dijembatani melalui cuitannya di media sosial. 

Mahfud saat itu, tidak hanya berkicau lewat twitter, tetapi juga berusaha hadir dengan balutan pakaian khas orang Cina. Mahfud mendapat respon dari banyak netizen. Ada yang berdiri sebagai lovers, yakni pendukung Mahfud dan ada pula yang berdiri sebagai haters, yakni para pembenci Mahfud.

Realitas yang dialami Mahfud bukanlah hal baru yang terjadi dalam lingkup hidup harian kita. Sejak zaman penciptaan, iri hati, sejatinya sudah mengintip bilik hati manusia. Dalam Kitab Suci, ada kisah Kain membunuh adiknya Habel karena iri hati (bdk. Kejadian 4:1-16). Hal serupa juga, hemat saya muncul dalam kisah Yesus menyembuhkan orang yang lumpuh. 

Tindakan penyembuhan yang dilakukan Yesus terhadap orang lumpuh, justru menjadi postingan yang menakutkan bagi orang-orang di sekitar-Nya -- khususnya ahli-ahli Taurat (bdk. Matius 9:3).

Para ahli Taurat merasa tindakan Yesus menyaingi tugas mereka sebagai penjaga Taurat Musa. Dalam benak ahli Taurat termaktub perintah demikian: "Yang berkuasa mengampuni dosa manusia, hanya Allah semata!" Lantas mereka mengklaim Yesus sebagai penghujat Allah. 

Dalam Kisal Nabi Amos, misalkan, kehadiran Amos juga dilihat sebagai seorang nabi yang menghujat raja (bdk. Amos 7:10). Para pembenci Amos melihat pewartaan Amos sebagai tindakan menyaingi mereka yang sudah lama mencari nafkah melalui pewartaan palsu. Maka, iri hati -- dalam hal ini -- tetap menjadi akar kebencian dan friksi di sekitar kita.

Lalu, bagaimana seharusnya bersikap? Amos menjawab para hatersnya dengan hal sederhana: "Aku ini bukan nabi dan aku ini tidak termasuk golongan nabi, melainkan aku ini seorang peternak dan pemungut buah arah hutan.......lalu Tuhan mengambil aku" (Amos 7:15). 

Sedangkan Yesus merespon reaksi ahli Taurat dengan pertanyaan kritis demikian: "Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu?" (Matius 9:4). Jawaban Amos dan Yesus adalah representasi dari jawaban orang-orang yang jujur dan berjuang demi kebenaran.

Dalam konteks Amos, kita bisa memahami bahwa tindakannya bukanlah sesuatu yang direncanakan secara personal dengan intensi yang personal pula -- tidak seperti para pengkritiknya saat itu -- tetapi muncul karena kehendak Allah dan dengan prospek komunal, yakni demi keselamatan semua orang. 

Begitu pula dengan tindakan Yesus. Yesus memuji iman orang-orang yang mengusung orang lumpuh ke hadapan-Nya, karena Yesus melihat bahwa perhatian merupakan wadah tumbuhnya iman komunal. Iman kita tumbuh, karena kita saling kuatir tentang sesama, karena kita saling mengingat, karena kita saling bahu-membahu, gotong-royong, dan sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun