Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menyinggahi Kepatihan Solo

6 Agustus 2021   21:57 Diperbarui: 6 Agustus 2021   22:10 664
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Panorama Kepatihan Kulon Solo. Foto: solokotakita.org.

Mentari siang perlahan menyusup masuk melalui celah-celah gedung pertokoan, menyinari setiap sudut kota Solo yang terkenal ramah, asri dan bersih. Di jalan-jalan utama, kendaraan lalu lalang seakan tak putus-putusnya menggambarkan betapa sibuknya masyarakat Surakarta.

Di sudut-sudut jalan, warung makan berbaris rapih menjajakan dagangan. Sungguh potret inilah yang sangat menyapa orang-orang yang datang ke kota Solo. Ketika malam tiba, tempat-tempat itu menjadi semakin ramai. 

Di tempat lain, bangunan-bangunan bersejarah masih kokoh berdiri menantang zaman, berharap batu bata yang disusun dengan rapih itu tak lekang oleh waktu.

Kepatihan adalah bagian dari bangunan tua itu, wilayah yang mengharapkan keakraban, dan rasa kekeluargaan yang sejatinya tidak memudar dikikis usia. Lorong-lorong di sekitar Cokronegaran dengan karakter wajah yang selalu ceria membuat orang-orang yang melintasinya akrab disapa wajah. 

Sekarang Kepatihan berdiri kokoh di usianya yang ke-52. Di usianya yang cukup dewasa ini, wilayah St. Fabianus Kepatihan merindukan berkas sejarah tempo doeloe dimainkan, dihidupkan, dan dipraktikkan kembali di saat sekarang.  

Kepatihan Selayang Pandang

Secara administratif wilayah St. Fabianus Kepatihan masuk dalam wilayah kecamatan Jebres. Hingga saat ini, Wilayah Kepatihan terbagi dalam tiga lingkungan, yakni lingkungan Filemon, Filipus, dan Felix. Proses pertumbuhan Kepatihan tidak terlepas dari dekapan dua kelurahan, yakni Kelurahan Kepatihan Kulon dan Kelurahan Kepatihan Wetan.

Dari jumlah tiga lingkungan yang ada, lingkungan Filemon dan Felix berada di Kelurahan Kepatihan Wetan; sedangkan lingkungan Filipus berada di Kelurahan Kepatihan Kulon. 

Dua Kelurahan ini -- Kepatihan Wetan dan Kepatihan Kulon -- dibelah oleh dua jalan utama, yakni Jln. Sutan Syahrir -- yang membentang dari arah Barat ke Timur -- dan Jln. Arifin -- yang membentang dari Utara ke Selatan. 

Secara garis besar, batas-batas wilayah St. Fabianus Kepatihan adalah sebagai berikut: sebelah Utara berbatasan dengan Jln. Sangihe, SMKI -- Panti Sari; sebelah Selatan berbatasan langsung dengan kali Pepe; bagian Barat berbatasan dengan SMP 26 -- Joyonegaran; dan bagian Timur berbatasan dengan Pasar Gede (Besar).

Tidak hanya diapit oleh dua kelurahan (Kepatihan Kulon dan Wetan), lintas wilayah Kepatihan juga diapit oleh dua paroki, yakni paroki St. Antonius Purbayan (1916) dan paroki St. Maria Regina Purbowardayan (1961). 

Menurut data statistik Paroki Purbayan tahun 2013, wilayah St. Fabianus Kepatihan didominasi oleh dua suku, yakni suku Jawa dan suku Tionghoa. Jumlah umat yang berlatar suku Jawa sekitar 156 orang, Tionghoa sekitar 57 orang, dan Sulawesi serta lainnya masing-masing satu orang.

Secara garis besar, mata pencaharian penduduk di wilayah Kepatihan adalah pedagang, diikuti dengan para penjual jasa, pengusaha, dan wiraswasta. Sebagian besar umat di wilayah Kepatihan juga memilih untuk merantau. 

Dalam kesederhanaan hidup, umat Kepatihan tetap mengedepankan aspek-aspek penting, seperti pendidikan anak, kesehatan, dan kerukunan. Pendidikan anak bagi umat wilayah Kepatihan adalah hal penting yang selalu diperjuangkan. Akan tetapi, ada juga beberapa keluarga yang "gagal" mengenyam pendidikan.

Hal ini sejatinya sangat dipengarui oleh power ekonomi. Walaupun sebagian besar umat berada di dekat daerah aliran sungai (DAS), perhatian mereka akan kesehatan sangatlah tinggi. Kondisi pemukiman -- khususnya lingkungan Filemon (kampung Cokronegaran) dan Filipus, di sekitar daerah aliran sungai kali Pepe -- juga sangat memperihatinkan. 

Akan tetapi, lorong-lorong sempit dengan karakter wajah yang selalu ceria di kampung Cokronegaran, malah membuat siapa saja merasa seperti saudara. 

Hingga saat ini, ada kerinduan terbesar umat wilayah Kepatihan untuk kembali ke masa kejayaannya, tempo doeloe; diantaranya adalah kerinduan akan adanya kunjungan para pastor ke rumah-rumah umat, berkumpul bersama, share bersama dan kekompakan umat. Ada ketakutan terbesar yang juga menjadi ranjau yang siap dilewati umat Kepatihan ke depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun