Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sabtu di Pasar Oeba

22 Mei 2021   22:45 Diperbarui: 22 Mei 2021   22:54 1243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Pasar Ikan Oeba Kupang. Foto: mediaindonesia.com.

Mulai jam tiga dini hari, Pasar Ikan Oeba Kupang ramai digebuk massa. Di sana, ada interaksi. Ada nelayan, ada penada ikan, ada penjual ikan keliling, dan ada pembeli. Pokoknya ramai. Sudah sekian kali saya bangun dini hari agar bisa masuk dalam ruang interaksi di Pasar Ikan Oeba. Dari sana, saya belajar bagaimana dunia bisnis mengelola ritme jagat harian kita.

Pasar Oeba terletak di bagian Barat Pulau Timor. Pasar ini tak berjauhan dengan wilayah pusat bisnis lama Kota Kupang, yakni Kampung Solor. Letak Pasar Oeba cukup strategis. Tak hanya ramai dengan interaksi panjang-lebar penjual ikan, di sisi Selatan pasar juga langsung ditikari dengan interaksi bisnis kebutuhan pokok. Hampir setiap hari, lalu-lalang warga mulai dari pukul 04.00-08.00 WITA tetap terasa.

Pagi-pagi sekitar pukul 04.00, banyak kendaraan sudah tersusun rapih di depan lokasi interaksi. Masing-masing orang menenteng ember dan kantung plastik siap menangkap ikan dari tangan, kata-kata, dan perahu nelayan. Jika datang terlambat, kita bakal susah mendapatkan ikan-ikan segar yang baru diturunkan dari perahu. Maka, sebaiknya, berusahalah untuk menjangkau pasar ikan ini sebelum fajar.

Meski dipadati para pengejar ikan, Pasar Oeba tetap steril. Semua orang tetap waspada dalam berinteraksi. Masker dipakai. Semua orang tetap menagih jarak agar tak disambangi pepet. Hal inilah yang membuat situasi tetap terjaga. Sekuel demi sekuel dari jam 04.00 dini hari sampai fajar memperlihatkan senyuman pertama, Pasar Oeba tetap ramai disambangi massa.

Di pasar jualan bahan kebutuhan pokok bagian Selatan pasar ikan, barisan stan dan ibu-ibu jualan sayur berorasi. Semua menarik pembeli. Tak ada yang dilewatkan. Di jalan sempit berukuran satu setengah meter, ruang interaksi itu dibangun. Ada penawaran. Ada harga pakem. Ada langganan dan ada pula gerobak pengangkut. Sayangnya, di ruang satu setengah meter ini, masih ada yang tak mau turun dari motor. Banyak dari pengunjung yang masih mengendarai motor hingga ke stan penjual. Berat, berat. Hemat saya, inilah salah satu pemicu kemacetan lalulintas interaksi di pasar jualan barang kebutuhan pokok itu.

Mengejar bahan kebutuhan pokok di kala fajar menyingsing adalah pekerjaan yang tak mudah. Baik dari sisi penjual maupun pembeli, keduanya sama-sama berjuang. Dari para penjual ada keinginan agar barang dagangan ludes terjual dan dari sisi pembeli ada kemauan agar barang jualan dijangkau murah. Semuanya dikebumikan di pasar. Jika sering menghampiri pedagang yang sama, kita pasti mendapat korting dengan status pelanggan tetap.

Akses masuk ke Pasar Oeba sejatinya dapat dijangkau melalui tiga pintu. Pintu pertama dijangkau dari Utara dengan lebar dua meter. Pintu Utara II juga dijangkau dengan lebar yang sama. Untuk pintu utama, biasanya dijangkau dari sisi Barat -- dekat mata air yang diklaim sebagai mata air pertama di Kota Kupang. Jalan di pintu utama, de facto tak terlalu terawat. Sebaiknya, pemerintah perlu memperhatikan dengan baik lokasi pintu utama ini. Bila perlu, disarankan agar jalur pintu utama diperlebar.

Setiap Sabtu, saya selalu menyambangi Pasar Oeba. Saya kemudian pelan-pelan mempelajari secara jeli bagaimana sirkulasi bisnis di tempat ini. Dari pengalaman-pengalaman yang sudah terkumpul, Sabtu di Pasar Oeba memang memberi kesan. Dunia ini sibuk. Dunia ini tak pernah tidur. Jika ada yang tidur, pastilah mereka tetap terjaga. Sabtu di Pasar Oeba adalah sekolah ketertiban, perjuangan, dan kesetiaan. Tertib membangun bisnis mengharuskan pengorbanan dan hal itu harus dilakukan dengan setia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun