Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Minggu Panggilan: Menjadi Gembala yang Baik

25 April 2021   20:27 Diperbarui: 25 April 2021   20:54 745
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yesus Gembala yang Baik. Foto: kristusraja.gereja.cc.

Krisis gembala adalah salah satu tantangan Gereja di zaman sekarang. Dalam Gereja Katolik, umat gembalaan mengharapkan sosok gembala yang berbau domba. Istilah ini sangat khas Kristiani. Seorang gembala -- konteks Gereja Katolik -- dituntut untuk mampu menjadi seorang pelayan (servant). Seorang gembala harus berbau domba, artinya karakter penggembalaan seorang gembala harus melekat dalam domba penggembalaannya.

Hal ini berkaitan dengan unsur pemberian diri (waktu, tenaga, hal materil dan bahkan pengorbanan diri). Paus Fransiskus menekankan model pelayanan ini dalam ensikliknya Evangelii Gaudium dengan sebuah seruan, yakni model Gereja yang terluka, sakit dan kotor akibat pergi keluar ke jalan-jalan, daripada Gereja yang sakit karena hidup terkurung dan tergantung pada kenyamanannya diri (EG, 49).  

Di tengah situasi prihatin seperti ini, ada banyak nubuat yang justru lahir bersamaan untuk menunjukkan sosok gembala yang integral. Lalu pertanyaannya, manakah model penggembalaan yang mampu menjadi pegangan? 

Semua orang tentunya memiliki kontribusi personal maupun komunal untuk menunjukkan sosok seorang gembala yang ideal. Dalam tulisan ini, kelompok akan memperkenalkan salah satu model penggembalaan (andor: bahasa Manggarai-Flores) yang seyogiyanya membantu siapa saja dalam proses berpastoral.   

Istilah Andor

Andor adalah suatu istilah yang dipakai orang Manggarai-Flores dalam proses penggembalaan. Cara penggembalaan ini dianggap paling tradisional. Di Manggarai Flores, model penggembalaan seperti ini pelan-pelan menghilang. Hal ini ditengarai oleh situasi di mana populasi domba, sapi serta kawanan ternak gembalaan lainnya mulai berkurang. 

Para gembala pada umumnya -- konteks sekarang -- cenderung menempatkan ternak peliharaan mereka di dalam kandang. Akan tetapi, di tempat-tempat lain, seperti daerah Timor dan Sumba, model penggembalaan seperti ini tetap dihidupi. Dalam cara penggembalaan ini, gembala membiarkan ternak selalu berada di padang rumput alias tidak dikandangkan.

Pada model penggembalaan ini, sang gembala membiarkan ternak gembalaannya dilepas di padang rumput. Sang gembala hanya sesekali pergi melihat ternaknya -- tidak setiap hari. Biasanya ternak-ternak tersebut dicap di salah satu bagian tubuhnya dengan tulisan atau simbol tertentu untuk mempermudah pemilik mengidentifikasikannya. 

Selain menggunakan cap tertentu, salah satu ternak -- yang paling berpengaruh -- diikatkan semacam lonceng pada lehernya dengan tujuan, pertama, sebagai patokan sekaligus panggilan kepada kawanan ternak yang lain ke mana mereka harus melangkah dan kedua, sebagai sarana untuk mempermudah sang gembala atau pemilik ternak melokalisir kawanan ternaknya. Andor merupakan cara penggembalan klasik yang masih dilestarikan hingga kini. Akan tetapi, sebelum melakukan penggembalaan dengan cara ini, sang gembala harus sungguh-sungguh mengenal kawanannya.

Ideal Penggembalaan

Model penggembalaan yang ideal adalah dambaan setiap domba gembalaan. Dalam pembahasan mengenai empat kata kunci tentang model penggembalaan -- pastar, pastorear, fodder dan andor -- model penggembalaan yang mendekati yang ideal -- hemat saya -- adalah model pastorear. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun