Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bedah Kasus Psikologi dengan Teori Psikologi Positif dan Humanistik (Part II)

17 April 2021   20:06 Diperbarui: 17 April 2021   20:12 2467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sedangkan positive regard yang dikenal juga sebagai akseptensi adalah genuine caring yang mendalam untuk klien sebagai pribadi -- sangat menghargai klien karena keberadaannya. Dan, kongruensi adalah suatu kondisi transparan dalam hubungan terapeutik dengan tidak memakai topeng. Tentunya persepsi tentang diri perlu ditransformasi. Jessica menilai dirinya kosong, hampa, tak berguna dan tidak menghasilkan apa-apa. Keyakinan pada diri sendiri -- bahwa Jessica pada dasarnya baik, memiliki kemampuan -- menjadi stimulus untuk membantu klien dari jerat keterasingan yang dibuatnya sendiri.

Dengan kata lain pertanyaan "Siapakah aku dikemukakan kembali?" Pendekatan humanistik yang diperkenalkan Carl Roger, sejatinya berusaha menyadarkan kepada setiap pribadi mengenai kekayaaan potensi yang ada dalam dirinya -- pada dasarnya manusia itu baik. Tujuan konselingnya, tentunya berusaha memberikan kebebasan kepada klien (Jessica) untuk mengekpresikan diri, membantu klien dalam membangun rasa percaya diri, terbuka dan berusaha untuk mencapai aktualisasi diri. Aktualisasi diri dengan hirarki kebutuhan yang dikemukakan Maslow akan membantu klien mencapai peak experience atau pengalaman puncak -- menikmati hasil atau mencapai standard yang yang dimimpikan.

Perbandingan Dua Teori

Kedua teori ini, hemat saya memberi kemungkinan besar bagi keberhasilan konseling antara koselor dan klien (Jessica). Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri, kedua teori ini juga memiliki kelemahan tertentu. Pertama, teori psikologi positif Martin Seligman. Teori ini mungkin dilakukan, jika klien sedikit berdamai dengan problemnya. Jika tidak, kekuatan ingatannya untuk mengakses pengalaman postif di masa purba akan terhenti atau tersendat oleh problem yang menderanya di saat sekarang. Klien akan merasa keberatan untuk menarasikan pengalaman positifnya dan cenderung untuk menyalahkan banyak pihak di luar dirinya dan melihat dirinya sebagai pusat masalah. Kedua, teori humanistik Carl Rogers. Teori ini sejatinya sangat membantu klien terutama dalam memberi apresiasi terhadap diri.

Tiga hal yang didambakan manusia dalam hidupnya -- dicintai, dihargai dan dipuji -- dirangkum dalam teori humanistik ini. Akan tetapi, itu tidak berarti bahwa teori ini adalah teori yang mumpuni dan sempurna. Kelemahan teori ini, hemat saya terletak pada konsep struktur aktualisasi diri. Dalam proses aktualisasi diri, seseorang harus mampu menjejali anak tangga dalam setiap level kebutuhan atau the hirarchy of needs Abrahm Maslow. Untuk sampai pada tahap dicintai, seseorang perlu melewati tangga awal, seperti kebutuhan manusiawi.

Lompatan pencapaian tertentu tidak diizinkan dalam mekanisme aktualisasi diri. Jika terjadi lompatan, maka proses mencapai peak experience akan terhenti. Contohnya, untuk mencapai pengalaman spiritual orang perlu melewati tangga pertama, yakni kebutuhan dasar: makanan, sex dll. Jadi, hemat saya, kedua teori ini sama-sama berjuang untuk mencapai sebuah keberhasilan dalam proses konseling. Akan tetapi, keberhasilan penggunaan teori juga sangat tergantung pada praktik rambu-rambu dan karakteristik-karakteristik tertentu yang dibangun bersama antara klien dan konselor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun