Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Kebahagiaan Itu soal Bangun Pagi Tepat Waktu

28 Desember 2020   07:38 Diperbarui: 28 Desember 2020   08:02 1020
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menampung rasa bahagia dari waktu bangun pagi. Sumber: Dok. Pribadi Kristianto Naku.

Pola kebiasaan saat bangun dan aktivitas-aktivitas lainnya di seputar bangun pagi juga ikut memengaruhi atsmosfer ruang gerak saya selama sehari. Usai bangun, biasanya selalu diikuti dengan rasa bersyukur karena masih diberi waktu untuk hidup. Waktu untuk bersyukur ini, hanya beberapa menit. Ini penting, karena kebiasaan ini justru membantu menganimasi semua ritme hidup saya selama sehari. 

Bersyukur menjadi tanda bahwa saya akan memulai seluruh hidup saya selama sehari dengan semangat dan tentunya bahagia. Jika saya telat bangun pagi, tak ada kesempatan buat saya untuk bersyukur. Jika hal kecil seperti bersyukur saja tak sempat dilakukan, secara otomatis, aktivitas lain akan berantakan.

Hal kedua yang perlu diperhatikan adalah soal mengakhiri waktu sehari. Menentukan batas waktu yang jelas dan konsisten untuk setiap aktivitas dalam rentang waktu satu hari menjadi penentu bagaimana ritme kebahagiaan itu terus dihidupkan untuk waktu berikutnya. Saya secara pribadi biasanya menutup semua aktivitas harian saya pada pukul 23.00. 

Bagi saya, batas waktu ini adalah kunci sekaligus pintu masuk untuk mencapai dan memulai kebahagiaan di hari berikutnya. Kebiasaan ini, sekali lagi, sudah menjadi sesuatu yang terprogram karena adanya proyek pribadi. Kurang lima menit pukul 23.00, saya sudah mengemas semua aktivitas saya untuk rencana hari berikutnya -- terutama bagun pagi tepat waktu.

Saya sendiri tak sekadar menutup aktivitas harian ini tanpa sesuatu. Hal yang sering saya lakukan adalah mengevaluasi -- menginventarisasi ada berapa banyak hal baik yang saya lakukan dan ada berapa jumlah kegagalan atau hal yang kurang baik saya lakukan sepanjang hari. Akhir dari kegiatan evalusi ini selalu ditutup dengan sebuah doa syukur singkat. Semua ritme ini menjadi terpola sejak saya masuk di ruang kuliah. Dari semua ritme ini, saya sendiri mencicipi apa yang dinamakan kebahagiaan.

Rasa bahagia pertama-tama datang dari diri sendiri. Jika saya bahagia, lebih mudah bagi saya untuk membuat orang lain bahagia. Ketika saya memulai hari baru dengan bangun tepat waktu, satu poin baik untuk menggapai kebahagiaan sudah saya dapatkan. 

Pertanyaannya: "Apakah rasa bahagia ini hanya untuk saya sendiri?" Sejatinya tidak. Dalam aktivitas harian, saya selalu menggotong getaran rasa bahagia ini ke orang lain melalui kesiap-sediaan untuk menginisiativi sebuah kegiatan dan membantu sesama.

Karena rasa bahagia itu sudah saya kumpulkan sejak bangun bagi, saya merasa terdorong untuk membagikannya ke orang lain dengan hal-hal sederana, yakni menyiapkan kopi, membangun teman-teman agar tak telat ke kampus. Mereka merasa bahagia, pertama-tama karena ritme ini saya pertahankan dalam situasi apapun. Banyak teman yang menunjukkan rasa bahagia dengan kebiasaan saya melalui apresiasi dan menjadikan saya role model dalam hidup bersama. Dari kebiasaan ini pula, saya sudah memberi sebagian dari waktu saya untuk sesama.

Jadi, bagi saya kebahagiaan itu sederhana, yakni soal bangun pagi tepat waktu; soal bagaimana saya memulai hari baru dengan tepat waktu. Kekuatannya ada pada proyek pribadi dan kemauan untuk memulai. Jika tidak, kebahagiaan itu akan menjadi sesuatu yang terpotong-potong dalam ruang gerak hidup saya. Bagi saya, kebahagiaan itu penuh karena saya sudah memenuhinya dari awal memulai hari baru. Saya merasa inilah kebahagiaan -- memulai hari baru dengan tepat waktu. Awali hari-harimu dengan bagun pagi tepat waktu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun