Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Kebahagiaan Itu soal Bangun Pagi Tepat Waktu

28 Desember 2020   07:38 Diperbarui: 28 Desember 2020   08:02 1020
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menampung rasa bahagia dari waktu bangun pagi. Sumber: Dok. Pribadi Kristianto Naku.

Kebahagiaan sejatinya tak bisa didefiniskan jika Anda atau saya belum pernah mengalaminya. Orang yang belum pernah mengalami kebahagiaan akan merasa sulit mendefinisikan kebahagiaan. Jika pernah dan sedang mengalaminya, saya rasa, memberikan definisi dan membagikannya ke orang lain adalah sebuah keharusan. Jika bukan sebuah keharusan, paling tidak dari upaya membagikan pengalaman kebahagiaan, orang lain atau saya merasa bahagia.

Banyak orang memberikan definisi soal apa itu kebahagiaan. Bagi mereka yang suka membaca, kebahagiaan itu bisa dikutip. Dari hasil kutipan ini, kebahagiaan itu dikemas, seolah-olah dialami secara personal. 

Akan tetapi, kebahagiaan yang bukan lahir dari pengalaman pribadi, hemat saya, adalah sebuah kebohongan besar. Apalagi, gambaran tentang kebahagiaan yang bukan dialami secara personal itu, kemudian dibagikan kepada orang lain. Justru hal demikianlah yang dijauhi kebahagiaan. Musuh besar kebahagiaan adalah mengagas kebahagiaan itu sendiri. Lalu, harusnya bagaimana?

Setiap orang, tentunya pernah dan mungkin sedang mengalami atmosfer kebahagiaan. Rupanya bermacam. Ada kebahagiaan yang lahir karena mendapatkan sesuatu, atau bisa saja kebahagiaan karena pernah memberikan sesuatu kepada seseorang. Dari sana (mendapatkan sesuatu atau memberikan sesuatu), rasa bahagia dialami, dirasakan, lalu dibagikan ke orang lain sambil mengatakan: "Saya bahagia!" Teman saya memberikan sesuatu untuk saya dan ia sendiri merasa bahagia karena ia bisa berbagi. Lebih jauh dari itu, ia bahagia karena melihat saya yang menerima pemberiaannya itu, merasa bahagia.

Bagaimana dengan saya sendiri? Apa itu kebahagiaan sejauh pengalaman saya? Saya tak terlalu jauh 'tuk mengutip sana-sini. Saya membagikannya di sini, karena saya mengalaminya sendiri. 

Bagi saya, kebahagiaan itu tidak lain jika saya bisa bangun pagi tepat waktu. Memulai hari baru dengan tepat waktu adalah kebahagiaan terindah yang patut saya syukuri sepanjang satu hari bahkan hingga sekarang. 

Sebaliknya, jika saya telat bangun pagi untuk memulai hari yang baru, semua atmosfer ruang gerak kehidupan saya akan diliputi mendung. Atmosfer mendung itu tampak, seperti rasa malas, kurang bersemangat, selalu telat, mudah marah, selalu mengeluh, kurang peka, pucat, pekerjaan terbengkalai, tidur-tiduran, dan banyak hal buruk lainnya.

Artinya apa? Memulai hari baru dengan tepat waktu menjadi penentu utama seluruh ritme hidup saya sepanjang hari. Jika saya telat bangun pagi -- setidaknya sesuai dengan pengalaman saya secara pribadi -- maka seluruh aktivitas saya sepanjang hari pasti akan berantakan. Hal ini sudah menjadi sesuatu yang terprogram. Telat bangun pagi berarti saya akan telat juga memulai berbagai jenis kegiatan sepanjang hari. Maka, penentu utama ruang gerak saya selama sehari adalah bangun pagi tepat waktu.

Pengalaman mengajarkanku betapa bangun pagi tepat waktu memberikan nutrisi tersendiri untuk seluruh ruang gerak dan ritme hidup saya selama sehari. Nutrisi ini gamblang terlihat dari ketergerakan hati dalam mengerjakan tugas, semangat, antusisme, ceria, disiplin, tidak mudah lelah, dan berdampak pada semangat kerja. Bangun pagi tepat waktu adalah kebahagiaan yang selalu saya alami setiap hari. Bahkan, bangun bagi, menjadi sumber dari lahirnya beragam kebahagiaan lain dalam hidup.

Bagaimana saya membangun ritme bangun pagi tepat waktu agar rasa bahagia itu terakumulasi sepanjang hari? Hal pertama yang selalu saya buat adalah membuat proyek pribadi (personal project). Poin ini menjadi penting agar semua ritme hidup -- setidaknya selama satu hari -- lebih terarah dan bermakna. Dalam proyek pribadi, dua hal utama yang harus diperhatikan adalah soal memulai hari dan kapan mengakhirinya. 

Dalam proyek pribadi, saya membuat jadwal bangun pagi pukul 05.00. Apapun yang terjadi, saya harus taat, setia, yakin, dan mau melakukannya. Dari ketaatan pada permulaan hari -- bangun tepat waktu -- semua agenda lain sepanjang satu hari akan dilakukan dengan semangat- ceria. Dari sana, saya tak banyak mengeluh. Sebaliknya, jika saya telat, saya justru akan menyesal sepanjang hari. Kadang muncul rasa kecewa, menghakimi diri, dan banyak bentuk penyesalan lainnya.

Pola kebiasaan saat bangun dan aktivitas-aktivitas lainnya di seputar bangun pagi juga ikut memengaruhi atsmosfer ruang gerak saya selama sehari. Usai bangun, biasanya selalu diikuti dengan rasa bersyukur karena masih diberi waktu untuk hidup. Waktu untuk bersyukur ini, hanya beberapa menit. Ini penting, karena kebiasaan ini justru membantu menganimasi semua ritme hidup saya selama sehari. 

Bersyukur menjadi tanda bahwa saya akan memulai seluruh hidup saya selama sehari dengan semangat dan tentunya bahagia. Jika saya telat bangun pagi, tak ada kesempatan buat saya untuk bersyukur. Jika hal kecil seperti bersyukur saja tak sempat dilakukan, secara otomatis, aktivitas lain akan berantakan.

Hal kedua yang perlu diperhatikan adalah soal mengakhiri waktu sehari. Menentukan batas waktu yang jelas dan konsisten untuk setiap aktivitas dalam rentang waktu satu hari menjadi penentu bagaimana ritme kebahagiaan itu terus dihidupkan untuk waktu berikutnya. Saya secara pribadi biasanya menutup semua aktivitas harian saya pada pukul 23.00. 

Bagi saya, batas waktu ini adalah kunci sekaligus pintu masuk untuk mencapai dan memulai kebahagiaan di hari berikutnya. Kebiasaan ini, sekali lagi, sudah menjadi sesuatu yang terprogram karena adanya proyek pribadi. Kurang lima menit pukul 23.00, saya sudah mengemas semua aktivitas saya untuk rencana hari berikutnya -- terutama bagun pagi tepat waktu.

Saya sendiri tak sekadar menutup aktivitas harian ini tanpa sesuatu. Hal yang sering saya lakukan adalah mengevaluasi -- menginventarisasi ada berapa banyak hal baik yang saya lakukan dan ada berapa jumlah kegagalan atau hal yang kurang baik saya lakukan sepanjang hari. Akhir dari kegiatan evalusi ini selalu ditutup dengan sebuah doa syukur singkat. Semua ritme ini menjadi terpola sejak saya masuk di ruang kuliah. Dari semua ritme ini, saya sendiri mencicipi apa yang dinamakan kebahagiaan.

Rasa bahagia pertama-tama datang dari diri sendiri. Jika saya bahagia, lebih mudah bagi saya untuk membuat orang lain bahagia. Ketika saya memulai hari baru dengan bangun tepat waktu, satu poin baik untuk menggapai kebahagiaan sudah saya dapatkan. 

Pertanyaannya: "Apakah rasa bahagia ini hanya untuk saya sendiri?" Sejatinya tidak. Dalam aktivitas harian, saya selalu menggotong getaran rasa bahagia ini ke orang lain melalui kesiap-sediaan untuk menginisiativi sebuah kegiatan dan membantu sesama.

Karena rasa bahagia itu sudah saya kumpulkan sejak bangun bagi, saya merasa terdorong untuk membagikannya ke orang lain dengan hal-hal sederana, yakni menyiapkan kopi, membangun teman-teman agar tak telat ke kampus. Mereka merasa bahagia, pertama-tama karena ritme ini saya pertahankan dalam situasi apapun. Banyak teman yang menunjukkan rasa bahagia dengan kebiasaan saya melalui apresiasi dan menjadikan saya role model dalam hidup bersama. Dari kebiasaan ini pula, saya sudah memberi sebagian dari waktu saya untuk sesama.

Jadi, bagi saya kebahagiaan itu sederhana, yakni soal bangun pagi tepat waktu; soal bagaimana saya memulai hari baru dengan tepat waktu. Kekuatannya ada pada proyek pribadi dan kemauan untuk memulai. Jika tidak, kebahagiaan itu akan menjadi sesuatu yang terpotong-potong dalam ruang gerak hidup saya. Bagi saya, kebahagiaan itu penuh karena saya sudah memenuhinya dari awal memulai hari baru. Saya merasa inilah kebahagiaan -- memulai hari baru dengan tepat waktu. Awali hari-harimu dengan bagun pagi tepat waktu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun