Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Meneropong Kompleksitas Diri Manusia dari Klinik Filsafat

20 November 2020   14:46 Diperbarui: 20 November 2020   14:51 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dualitas tentang manusia ini perlu dipahami bertolak dari kesadaran dan pengakuan manusia mengenai diri dan yang lain. Kesadaran ini membantu manusia untuk menemukan keberadaan dirinya di tengah yang lain. Kesadaran ini, juga mendekatkan manusia pada dirinya sebagai 'siapa' yang khas, yakni 'aku'. 

Melalui kesadaran ini pula manusia akan mampu menemukan sisi kerohanian dan kejasmanian di dalamnya. Dari sana manusia dapat menentukan arti dan nilai yang pertama dan asali. Jalan ini jauh lebih ilmiah daripada mengandaikan pengertian kerohanian dari malaikat dan mengambil pengertian kejasmanian dari hewan. Manusia lebih diketahui daripada malaikat atau hewan.

Kebersatuan antara jiwa dan badan dapat dikatakan sebagai jiwa yang membadan atau badan yang dijiwai demikian Thomas Aquinas mengatakan. 

Di dalam manusia materi atau badan ialah ekspresi dan kompleksitas pengakuan manusia; roh atau jiwa ialah 'intensi' dan interioritas (kebatinan) pengakuannya. Ekspresi atau kompleksitas itu menggayakan diri (menginteriorisir diri) di dalam intensi; 'intensi atau interioritas itu mewujudkan diri (mengkompleksifisir diri) di dalam ekspresi. Oleh karena kebersatuan itulah, manusia tidak dapat dipisahkan sebagai badan atau jiwa saja.

Manusia Membangun Identitas

Manusia mengalami proses perubahan dan perkembangan diri. Sebagai makhluk hidup, perubahan dan perkembangan diri manusia berlangsung terus menerus dan digerakkan dari dalam (motus ab intrinsico). Perubahan yang terjadi pada manusia juga tidak hanya berciri fisik melainkan rohani. Manusia terus mengalami perkembangan secara kuantitas dan kualitas. Identitas manusia ditandai dengan adanya perkembangan dalam hal relasi dengan sesama dan lingkungan sekitar. Manusia juga mengalami perkembangan dari saat ke saat. 


Manusia digerakkan untuk mengarah pada tujuan tertentu, yaitu kemampuan yang dimiliki manusia untuk menentukan hidupnya sendiri secara dinamis. Dinamis berarti daya atau kekuatan yang mendorong perkembangan manusia yang tidak hanya berciri fisik tetapi juga spiritual. Kekuatan dari dalam diri manusia memungkinkannya untuk berkembang secara kualitatif. 

Manusia mampu menyempurnakan dirinya terus-menerus. Dia mempunyai diemensi otoperfektif secara utuh dan kompleks. Manusia mampu mengembangkan kualitas rohani yang secara jelas tampak dalam upaya untuk selalu memaknai hidup dan menemukan nilai-nilai dari berbagai kegiatan yang ia laksanakan. Dia berkembang secara kontinu  dan mampu  mengubah apa yang ada di luar dirinya  demi kepentingan perkembangan mutu hidupnya.

Manusia memiliki kemampuan untuk berasimilasi sebagai upaya membangun identitas diri. Artinya, manusia mampu mengambil unsur-unsur dari luar dan mengolahnya demi perkembangan hidupnya. Ia juga mampu untuk menyerap prinsip-prinsip atau hal-hal yang baik dari luar dirinya sebagai salah satu dasar untuk mengambil keputusan-keputusan penting. Tindakan manusia untuk mengambil unsur-unsur di luar dirinya tidak hanya  didasarkan pada pertimbangan kelangsungan hidup fisik melainkan juga pertimbangan  kepentingan  untuk memperjuangkan nilai-nilai pribadi, sosial, kemanusiaan, dan religius yang diyakininya. 

Manusia mampu mengembangkan dirinya dengan cara mamulihkan dirinya. Manusia juga mampu untuk memperbarui prinsip-prinsip hidup dan cara pandangnya terhadap berbagai kenyataan. 

Hal-hal yang diyakini penting sementara kini ditinggalkan demi hal-hal  yag mendasar. Perubahan dan perkembangan hidup manusia ditandai oleh proses reproduksi. Proses reproduksi yang dimaksud adalah kelahiran pribadi-pribadi baru dari buah cinta perkawinan sepasang suami-istri. Proses reproduksi itu, tentu saja akan memengarui perkembangan kehidupan kita dalam mewarisi nilai-nilai luhur dan kehidupan generasi manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun