Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kerumitan Manusia

30 Oktober 2020   07:45 Diperbarui: 30 Oktober 2020   08:01 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sedangkan dalam pandangan tokoh Materialistik, manusia itu materi; aspek-aspek yang lazimnya disebut spiritual itu tidak disangkal, tetapi dikembalikan kepada materi itu. Dianggap merupakan salah satu jenis fenomena materil yang khusus atau pula merupakan 'epifenomen' pada fenomena fisiko-kismis.

Pada masa itu, ada usaha untuk menyatukan konsep manusia sebagai keutuhan jiwa dan badan. Thomas Aquinas menyatakan bahwa manusia merupakan kesatuan badan-jiwa. Tanpa badan, bukanlah manusia, tanpa jiwa, tidak ada manusia juga. Meskipun jiwa masih dianggap lebih luhur dibandingkan badan, Thomas Aquinas berupaya untuk menemukan pamahaman yang seimbang tentang keutuhan manusia.

Tidak mudah memahami konsep manusia sebagai jiwa dan badan. Dualitas tentang manusia ini perlu dipahami bertolak dari kesadaran dan pengakuan manusia mengenai diri dan yang lain. Kesadaran ini membantu manusia untuk menemukan keberadaan dirinya di tengah yang lain. Kesadaran ini, juga mendekatkan manusia pada dirinya sebagai 'siapa' yang khas, yakni 'aku.'

Melalui kesadaran ini pula, manusia akan mampu menemukan sisi kerohanian, dan kejasmanian di dalamnya. Dari sana manusia dapat menentukan arti dan nilai yang pertama dan asali. Jalan ini jauh lebih ilmiah daripada mengandaikan pengertian kerohanian dari malaikat dan mengambil pengertian kejasmanian dari hewan. Manusia lebih diketahui daripada malaikat atau hewan.

Kebersatuan antara jiwa dan badan dapat dikatakan sebagai jiwa yang membadan atau badan yang dijiwai demikian Thomas Aquinas mengatakan. Di dalam manusia materi atau badan hadir ekspresi dan kompleksitas pengakuan manusia; roh atau jiwa ialah 'intensi' dan interioritas (kebatinan) pengakuannya.

Ekspresi atau kompleksitas itu menggayakan diri (menginteriorisir diri) di dalam intensi; 'intensi atau interioritas itu mewujudkan diri (mengkompleksifisir diri) di dalam ekspresi. Oleh karena kebersatuan itulah, manusia tidak dapat dipisahkan sebagai badan atau jiwa saja. Sampai di sini. Rupanya cukup rumit untuk diteruskan. Sadarlah, Anda makhluk yang rumit untuk dibahas. Tapi, sekurang-kurangnya dicoba.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun