Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Jenaka: Merawat Stamina Saat Pandemi

22 Oktober 2020   19:43 Diperbarui: 22 Oktober 2020   20:06 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Selain dijuluki negara +62, Indonesia juga disemat julukan lain, yakni negara wkwkwkwkwkw (baca: waka-waka). Julukan ini dipelopori netizen (terutama orang asing), mengingat cara ketawa orang Indonesia yang unik saat dalam percakapan daring. Untuk percakapan yang kurang jelas pun reaksi wkwkwkw tetap ditunjukkan.

Wkwkw itu soal tawa. Tawa adalah salah satu jenis terapi saat pandemi. Di saat orang mondar-mandir mencari angin segar di luar rumah, kami justru memproduksi alat pelindung diri (APD) dengan bahan baku materi joke dan tingkah-tingkah konyol serta geli. Agar tetap produktif di tengah pandemi, rawatlah jenaka! Itu sih yang bisa dibuat.

Cerita sebenarnya begini. Seorang teman yang duduk bersebelahan dengan saya, tertawa terpingkal-pingkal. Bahkan dalam waktu tiga menit, ia tak berhenti tertawa. 

Sambil memegang samsung, ia menggeleng-gelengkan kepala usai menyaksikan salah satu video kocak di kanal YouTube. Jarang sahabat saya ini tertawa, apalagi dengan level ekstrim sampai tidur-tiduran di lantai.

Di balik layar samsung yang dipegang, hiburan IniTalkShow yang dipandu oleh Sule dan Andre sungguh-sungguh merobohkan ketegangan. Rasa jenuh hilang. Lepas bebas. Kami tengah merawat jenaka. Bukan cuman merawat, tetapi mengkonsumsi konten jenaka. Di saat sekarang, perbanyak tawa daripada berspekulasi soal korona dan antek-anteknya.

Rupanya bukan cuman kami yang getol merawat jenaka di tengah pandemi. Di beberapa Rumah Sakit, para perawat yang lelah, jenuh, mumet, capek, tegang, justru menterapi diri dengan tingkah kocak, geli, lucu, dan konyol. Semuanya dilakukan demi memulihkan tenaga dan semangat. Biar semangat, para perawat dan petugas medis merawat jenaka.


"Lucu sekali!", kata teman saya sambil mengusap air mata. Ia tertawa hingga mengeluarkan air mata. Air mata bahagia. Tawa itu sebenarnya haram untuk saat ini. Soalnya di tengah musibah.

Tapi, bagi kami, tawa itu alat pelindung diri (APD). Kami takut. Takut kalau usai mengurung diri dalam rumah, kos, kontrakan, kami justru menjadi bisu. Maka, rawatlah jenaka!

Saya sungguh memahami situasi yang melatarbelakangi teman saya. Kami sama-sama bertolak dari rasa jenuh yang kemarin periodenya diperpanjang hingga awal Juni. 

Biasanya, agar tidak terus-terusan dipasung rasa jenuh, kami keluar rumah dan mencari tempat ngombe terdekat. Sekarang, kami tak lagi menemukan tempat ngombe atau tempat untuk sekadar nongkrong. Semuanya ditutup karena pandemi dan puasa.

Akhir-akhir ini, situasi memang cukup tegang, menakutkan, dan serba gak jelas. Akan tetapi, kita bersyukur karena masih ada orang-orang yang getol menghadirkan menu jenaka yang habis ditawa. Ketika semua pada hiruk-pikuk mau buat apa dengan terus-terusan di rumah, konten-konten jenaka menawarkan diri untuk disantap.

Tapi, saya sendiri kecewa dengan keputusan Aziz Gagap untuk pensiun dari portal jenaka OVJ. Aziz hendak fokus mengurus pesantren. Ada transformasi, dari jenaka menuju keseriusan.

Merawat jenaka adalah salah satu strategi menangkal persoalan. Pendekatan dengan model menghidupkan karakter jenaka diyakini sudah memberi kontribusi positif dalam penyelesaian persoalan. 

Kita mungkin masih ingat saat dimana Presiden Joko Widodo mengundang 14 pelawak (termasuk Aziz Gagap) ke istana. Presiden kala itu mengundang ke-14 pelawak tersebut untuk makan malam bersama dan sekadar santai. "Sepertinya bapak capek dan ingin tertawa bareng para pelawak," kata seorang pegawai istana.

Di saat Jokowi mengundang ke-14 pelawak ke istana presiden, politik tanah air tengah memanas. Majelis Kehormatan Dewan (MKD) tengah sidang membahas pelanggaran kode etik DPR dengan terdakwa Ketua DPR RI Setya Novanto. 

Strategi Presiden merupakan salah usahanya menyindir MKD yang terlalu lamban dan bertele-tele membuat keputusan atas pelanggaran etik di DPR. Politik jenaka diperlukan di tengah situasi tegang, gerah, dan menjenuhkan.

Karakter jenaka sejatinya menjadi produk yang laris diminta untuk menjadi wasit di antara sisi yin dan yang kehidupan kita. Ketika nuansa negatif menguasai pikiran seseorang, sebaiknya cepat-cepat mengkonsumsi unsur-unsur jenaka. 

Perlu disadari, menciptkan ruang jenaka adalah sebuah pekerjaan ekstra. Hal ini mengingat banyak orang berkomitmen untuk menolak yang tidak terlalu serius (sifatnya ngejoke).

Karakter jenaka yang ada dalam diri seseorang, bisa berupa sebuah perangkat bawaan plus berkembang melalui training. Misalkan, Azis Gagap, selalu berperan sebagai orang yang gagap dalam acara Opera van Java (OVJ). 

Azis memerankan diri sebagai yang gagap justru karena ia ingin meneruskan sesuatu yang tak terlihat dalam dirinya. Kegagapannya akhirnya melahirkan banyak hal, terutama kelanggengannya dalam menghidupi peran.

Merawat jenaka tentunya memerlukan waktu dan ruang untuk terus dipugar dan diperbarui. Jika tidak, skill ngejoke dan materi joke yang dipersiapkan akan pudar dan pelan-pelan hilang.

Upaya untuk merawat karakter jenaka ini tentunya perlu disupport melalui event atau show-show akbar di berbagai tempat. Stand up Comedy, misalnya telah menghibur jutaan orang di tanah air. Ini jenis terapi yang paling mujarab untuk generasi millenial dan baby boomers.

Dari sisi kesehatan, pelestarian unsur jenaka adalah salah satu terapi paling mahal di zaman sekarang. Jika orang-orang Eropa memburu berbagai jenis terapi ke dataran Tibet, Jepang dan Korea Selatan melalui yoga dan meditasi, kita mungkin mempromosikan karakter jenaka ini sebagai jenis terapi. 

Ada banyak yang sembuh terutama di tengah situasi pandemi sekarang. Lihat teman saya. Menyaksikan Sule dan Andre di acara IniTalkShow, ia justru lepas bebas, terbahak-bahak, lupa makan, dan bahkan sempat mengeluarkan air mata tanda bahagia. Ia sembuh dari penyakit jenuh.

Maka, teruslah rawat karakter jenaka!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun