Mohon tunggu...
Dyah Kisti
Dyah Kisti Mohon Tunggu... Freelance Writer

Saya adalah seorang yang suka membaca dan menulis, saya juga penggiat media. Saya juga senang menjelajahi budaya lokal dan berbagi pengalaman perjalanan saya. Melalui tulisan-tulisan saya, saya berharap dapat menginspirasi pembaca untuk lebih memahami dan menghargai kehidupan yang kita jalani serta dapat menghargai keanekaragaman yang ada di sekitar kita.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Urgensi Pendekatan Culturally Responsive Teaching (CRT) pada Pembelajaran di Sekolah Dasar

23 September 2024   10:20 Diperbarui: 23 September 2024   10:30 1292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

            Tidak dapat dipungkirin seiring berkembangnya zaman nilai-nilai luhur budaya mulai luntur di kalangan anak-anak. Tidak hanya anak-anak saja melainkan dari berbagai kalangan di masyarakat. Perkembangan zaman memang harus diikuti namun juga harus pandai memilah dan memilih untuk kita ikuti dan terapkan.

            Sebagai seorang pendidik, pendekatan CRT merupakan salah satu solusi yang dapat di terapkan ke dalam pembelajaran untuk mengintegrasikan budaya ke dalam pembelajaran. CRT atau Culturally Responsive Teaching sejatinya adalah pendekatan tanggap budaya. Pendekatan ini mengintegrasikan prinsip dan karakteristik peserta didik, terutama latar belakang budaya dalam proses pembelajaran, sehingga berbagai metode pembelajaran, digunakan dalam pembelajaran (Rahmawati, 2018). Culturally Responsive Teaching (CRT) adalah pendekatan pendidikan yang mengakui dan menghargai keragaman budaya peserta didik dengan tujuan untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan relevan dengan latar belakang budaya peserta didik.

            Tentunya pembelajaran tanggap budaya (CRT) harus beriringan dengan perkembangan teknologi sehingga hal ini bisa menjadi kesempatan sekaligus tantangan yang wajib dijawab dengan mempersiapkan generasi penerus. Guru dapat memfasilitasi dan mempersiapkan guna memungkinkan generasi mendatang mendapatkan keahlian, teknologi, dan nilai-nilai budaya daerah yang perlu dilestarikan di abad ke-21 ini. Pendekatan CRT melibatkan beberapa aspek kunci yaitu Pemahaman Budaya, Kurikulum yang Relevan, Interaksi yang Inklusif, Strategi Pengajaran yang Beragam.

            Pendidikan pada tingkat Sekolah Dasar adalah pendidikan yang menjadi pondasi bagi peserta didik untuk terus belajar dan berkarya. Pada usia 7-12 merupakan tahap Operasional Konkret yang mana anak sudah cukup matang untuk menggunakan pemikiran logika atau operasi sehingga menimbulkan rasa ingin tahu. Pendekatan Culturally Responsive Teaching(CRT) di sekolah dasar sangat penting karena mengakui dan menghargai keragaman budaya, sehingga dapat membantu peserta didik merasa diterima dan dihargai, yang meningkatkan keterlibatan dan motivasi mereka. Selain itu mereka juga dapat lebih mengenal budaya yang ada di lingkungan mereka dan budaya yang mungkin belum mereka ketahui sebelumnya. 

Pendekatan ini mendorong peserta didik untuk saling menghormati dan berkolaborasi, membangun rasa solidaritas di antara mereka. Dengan demikian, CRT bukan hanya metode pengajaran, tetapi juga strategi untuk membentuk karakter dan meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah dasar. Berikut ini merupakan beberapa contoh budaya yang dapat diintegrasikan ke dalam materi pembelajaran:

  • Penggunaan jenis-jenis makanan tradisional dalam pembelajaran matematika, seperti klepon, putu ayu, mata kebo, gethuk lindri, dll
  • Tradisi wiwitan (berisi doa bersama dan arak-arakan gunungan) yang dilaksanakan sebelum masa panen sebagai bentuk rasa syukur. Dapat digunakan sebagi pembelajaran IPAS materi Bagian Tubuh Tumbuhan. Peserta didik menganalisis tanaman yang ada di gunungan dan menunjukkan bagian tubuh tumbuhan.
  • Seni Tari Angguk dalam Pembelajaran IPAS materi keragaman budaya Indonesia.
  • Sekaten di Yogyakarta pada pembelajaran Pendidikan Pancasila materi Membangun sikap toleransi dan saling menghargai.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun