Mohon tunggu...
krispin suherli
krispin suherli Mohon Tunggu... Saya suka menulis

Saya seorang penulis lepas

Selanjutnya

Tutup

Nature

Solusi Damai Konflik Petani dan Primata

13 September 2025   16:55 Diperbarui: 13 September 2025   16:05 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Monyet Ekor Panjang (Sumber: https://mongabay.co.id/2023/07/22/foto-tingkah-unik-monyet-ekor-panjang/)

Kemudian ada inovasi teknologi yang mulai terbuka peluangnya. Sensor gerak atau alarm suara bisa dipasang di tepi kebun, memberi sinyal saat monyet mendekat. Drone bahkan bisa dipakai untuk patroli dan menghalau satwa secara ramah. Dengan kemajuan kecerdasan buatan, pola pergerakan monyet bisa dipetakan untuk memprediksi kapan mereka turun ke kebun. Teknologi seperti ini bisa menjadi investasi jangka panjang yang melindungi panen tanpa mengorbankan satwa.

WWF Indonesia (2020) menekankan bahwa konflik satwa-manusia hanya bisa diredam jika masyarakat merasa dilibatkan. Edukasi tentang peran primata dalam ekosistem, pelatihan membuat pagar ramah lingkungan, hingga program insentif bagi desa yang mau menjaga satwa bisa membangun kesadaran baru. Di beberapa wilayah Sumatra, program edukasi seperti ini terbukti menurunkan praktik perburuan.

Ke depan, peran masyarakat adat perlu lebih ditonjolkan. Mereka punya tradisi dan kearifan lokal yang bisa menjadi solusi futuristik. Misalnya, praktik membuat zona penyangga dengan tanaman tertentu yang diwariskan turun-temurun, atau aturan adat yang melarang membunuh satwa di hutan keramat. Jika kearifan ini dipadukan dengan dukungan teknologi modern dan kebijakan pemerintah yang berpihak, maka gambaran masa depan tanpa konflik bukanlah utopia.

Harapan ke depan jelas bukan sekadar menunggu keajaiban hutan kembali rindang. Kita harus membangun kesepakatan baru: bahwa manusia dan primata bisa berbagi ruang tanpa saling merugikan. Bayangkan desa-desa di tepi hutan yang sudah menyiapkan pagar hijau ramah lingkungan, memanfaatkan teknologi sederhana hingga canggih untuk menjaga panen, sambil tetap membiarkan primata hidup bebas di habitatnya. Di sisi lain, program reforestasi dengan pohon buah lokal terus berjalan, sehingga monyet dan beruk punya “dapur alami” di hutan dan tidak perlu lagi menjarah kebun.

Suatu saat, suara tawa monyet di kejauhan tidak lagi membuat petani resah, melainkan jadi tanda bahwa hutan sekitar masih sehat. Beruk yang bergelantungan di dahan bukan lagi dilihat sebagai pencuri kelapa, tetapi sebagai penanda bahwa rantai ekologi masih berjalan normal. Generasi anak-anak desa tidak lagi tumbuh dengan cerita “monyet sebagai musuh”, tetapi dengan kebanggaan bahwa mereka hidup berdampingan dengan primata langka yang ikut menjaga hutan tetap hijau.

Karena pada akhirnya, jika konflik bisa diubah menjadi kolaborasi, semua pihak akan diuntungkan: petani tetap bisa panen, hutan tetap lestari, monyet dan beruk tetap hidup, dan manusia punya masa depan ekologis yang lebih aman. Konflik manusia dengan monyet ekor panjang dan beruk bukan soal memilih siapa yang harus menang dan siapa yang kalah, melainkan tentang mencari cara hidup berdampingan. Jika kita berhasil mengubah cara pandang dari memusuhi menjadi merangkul, maka Indonesia bukan hanya menyelamatkan dua jenis primata penting, tetapi juga menjaga masa depan ekologinya sendiri.

Monyet dan Manusia Berdampingan (Sumber : dok pribadi)
Monyet dan Manusia Berdampingan (Sumber : dok pribadi)

Referensi

KLHK. (2023). Laporan Deforestasi Indonesia. Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

IUCN Red List. (2022). Macaca fascicularis & Macaca nemestrina status report.

WWF Indonesia. (2020). Human-Wildlife Conflict Mitigation Report.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun