Mohon tunggu...
krisnandaiqbal
krisnandaiqbal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Walisongo Semarang

Hanya seorang Mahasiswa biasa.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Manfaat Sosialisme di Indonesia

13 Juni 2021   17:45 Diperbarui: 13 Juni 2021   17:43 785
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Diantara para demonstran tersebut, SOBSI yang di masa orde lama merupakan salah satu sayap PKI, serta organisasi buruh terbesar merupakan yang paling vokal dalam menyuarakan THR bagi buruh. Hal ini akhirnya membuahkan hasil berupa terbitnya Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER-04/MEN/1994 Tentang Hari Raya Keagamaan Bagi Pekerja di Perusahaan, setelah SBSI melakukan demo di Medan kala itu.

Siapa sangka, tanpa semangat sosialisme yang mereka gaungkan, para buruh tidak dapat merasakan manisnya THR di masa kini.

3.Das Kapital


Hah? Das Kapital? Ya, buku ini merupakan karya termasyhur bapak Komunisme dunia, Karl Marx. Buku setebal 3 bundel ini berisi mengenai kritik terhadap kesenjangan sosial antara Kaum Borjuis dan Proletar akibat kesemena-menaan para pemilik pabrik di Eropa, beserta rancangan sistem ekonomi terencana demi mensejahterakan kaum buruh eropa.
Lah, itu kan di eropa, lalu apa hubungannya dengan kehidupan Rakyat Indonesia? Usut punya usut, sistem ekonomi masyarakat dalam karya ilmiah ini terinspirasi dari kehidupan orang Asia, khususnya jawa.

Karl Marx yang mulai tinggal di London pada 1849 banyak menghabiskan waktunya membaca surat kabar dan karya tulis di British Museum rupanya memiliki ketertarikan terhadap karya Sir Thomas Stamford Raffless, History of Java, yang menjelaskan kehidupan ekonomi Jawa yang begitu stabil bagi rakyatnya. Dari sinilah Karl Marx mencetuskan suatu sistem ekonomi dengan patokan ideal kehidupan masyarakat Jawa.

Dalam Das Kapital, ia juga menambahkan sebuah pernyataan pada catatan kaki ke-38. Catatan itu berisi kutipan yang merujuk halaman 285 dari The History of Java karya Thomas Stamford Raffles yang terbit di London, 1817.

“Sudah sejak dahulu para penduduk daerah tersebut hidup di bawah pemerintahan kotapraja yang sederhana. Batas-batas desa bisa diubah, tetapi ini jarang terjadi. Meskipun para penduduk sendiri kadang terluka, dan bahkan didera perang, kelaparan, dan wabah penyakit; mereka tetap memiliki kesamaan nama, kesamaan batas, kesamaan kepentingan, dan bahkan kesamaan keluarga, tetap menjalani hidup bertahun-tahun. Para penduduk tidak membuat masalah dengan melepaskan diri dan membentuk kerajaan sendiri. Sementara para penduduk tinggal, mereka tidak peduli siapa yang memegang kekuasaan pemerintahan. Perekonomian internalnya hampir tidak berubah.”.

Hal ini menunjukkan bahwa sejak dahulu bahkan hingga saat ini, budaya Jawa adalah budaya yang sangat menjunjung tinggi sosialisme (pada dasarnya).


Nah, dari ketiga poin diatas, dapat disimpulkan bahwa sosialisme dan dampaknya tidak sepenuhnya dapat dihapuskan dan dijauhkan dari kehidupan kita, terutama sebagai masyarakat Nusantara. Meskipun berbagai pembantaian terjadi dalam prakteknya, masih ada beberapa unsur positif yang perlu kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun