Mohon tunggu...
Krisna Aditya
Krisna Aditya Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Menulis dan melihat apa yang sedang terjadi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingkah Analisis Sosial untuk Meningkatkan Empati Demi Kesehatan Lingkungan?

23 Februari 2021   15:27 Diperbarui: 23 Februari 2021   16:00 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: liputan6.com

Kerusakan lingkungan saat ini semakin marak akibat pemanasan global, penggundulan hutan secara liar, dan pemanfaatan barang yang tidak ramah lingkungan. Salah satu bentuk dari kerusakan lingkungan tersebut adalah sampah organik dan non organik yang sudah menjamur di berbagai lingkungan. Sampah yang seharusnya dapat dibuang di tempat sampah yang tersedia dalam lingkungan tersebut, biasanya dibiarkan oleh masyarakat sekitar untuk dibuang di sembarang tempat, seperti rumah kosong atau tanah kosong yang tidak dimanfaatkan. Padahal nyatanya, biasanya di lingkungan tersebut dapat dijumpai tempat sampah tempat sampah yang disediakan pejabat setempat yang berwenang untuk bahkan memisahkan antara sampah organik dan anorganik. Permasalahan sampah ini menjadi sesuatu yang tidak dapat dilepaskan dari masyarakat Indonesia karena tingkat kedisiplinan dan tingkat kesadaran yang masih rendah akan hal-hal kecil yang sebenarnya bisa membuat lingkungan menjadi rusak dan bahkan bisa merugikan warga setempat yang tinggal di kawasan tersebut.

Karena adanya hal ini, masyarakat yang peduli akan lingkungan banyak yang tersadar untuk menuntaskan masalah "kecil" ini agar tidak menimbulkan penyakit dan juga merugikan masyarakat dalam hal lainnya. Munculnya "Bank Sampah" adalah salah satu gebrakan yang dapat sedikit banyak membantu masyarakat mengatasi persoalan lingkungan ini. Bank Sampah banyak muncul tidak hanya di kawasan sekitaran "JaBoDeTaBek", tetapi mulai merambah ke daerah-daerah lainnya di Indonesia, seperti di Magelang dan Yogjakarta.

Di Yogyakarta terdapat sebuah komunitas di daerah Condongcatur, Kabupaten Sleman yang mengabdikan diri untuk memutuskan membantu lingkungan sekitarnya agar terbebas dari masalah lingkungan khususnya sampah yang menumpuk di lingkungan tersebut. Komunitas tersebut bernama "Bank Sampah APEL", dimana kegiatan mereka berfokus untuk mengajak warga sekitaran Condongcatur untuk mengumpulkan dan memisahkan sampah yang ada lalu mulai menjadi nasabah di komunitas Bank Sampah tersebut. Bank Sampah ini juga secara tidak langsung menjadikan masyarakat sekitar menjadi lebih kreatif, karena jika ada sampah yang sekiranya dapat didaur ulang, maka mereka dapat membuat kerajinan tangan dari barang-barang yang ada lalu menjualnya kembali. Sistem tabung menabung dalam komunitas tersebut juga menarik karena dapat menarik duit tabungannya setiap datang mengumpulkan sampah atau juga bisa untuk mengambil tabungannya setiap akhir bulan.

Ini menjadi salah satu gebrakan di daerah Condongcatur yang akhirnya mulai menyadarkan berbagai kalangan dari anak kecil sampai lansia untuk senantiasa menjaga lingkungan mereka demi kepentingan masyarakat yang tinggal di lingkungan tersebut.

Hadirnya Komunitas Bank Sampah ini menjadi sebuah bentuk perwujudan dari Analisis Sosial yang dimana mengembangkan sebuah metodologi yang berguna untuk mengetahui dan mendalami realitas sosial. Pengelola Bank Sampah APEL secara tidak langsung sudah berhasil untuk merealisasikan pendekatan pastoral yang memandang realitas sesuai keadaan lalu melakukan sebuah tindakan dengan berbagai macam pertimbangan yang sudah direncanakan oleh timnya. Analisis sosial disini sangat dibutuhkan tidak hanya memusatkan diri pada sistem sosial yang perlu dianalisis dari dimensi waktu (analisis historis) dengan pendekatan akademis yang terus berpaku pada sebuah teori, tapi kita juga harus mengerti seperti apa sistem yang berjalan dalam lingkungan tersebut. Seperti apa yang sudah dilakukan oleh Komunitas Bank Sampah APEL, mereka menyadari sistem yang berjalan dengan salah dalam menyikapi permasalahan lingkungan dalam hal ini, sampah, sehingga pencetus komunitas ini melihat potensi-potensi yang terdapat dalam masyarakat untuk mengatasi hal ini. Hal pasti dalam melakukan sebuah analisis sosial adalah bagaimana proses diskusi yang terjadi untuk "membongkar" segala fenomena sosial yang ada dengan dimensi-dimensi objektif dan subjektif dari setiap individu dalam komunitas.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun