Dalam sebuah diskusi parenting bersama salah seorang psikolog, saya dihadapkan pada suatu informasi tentang kelompok generasi cemas (anxious generation). Saya teringat dengan kata 'worries' yang secara harafiah juga berarti "cemas". Ternyata, kedua kata itu memiliki makna berbeda yang terletak pada intensitas, dampak, dan sifat emosionalnya.Â
Secara harafiah, kata "anxious'Â berarti kecemasan yang menggambarkan perasaan yang lebih dalam dan dapat berdampak pada fisik. Misalnya, jantung berdetak lebih cepat, gemetar, dan merasa kelelahan. Kecemasan ini biasanya muncul tanpa penyebab yang jelas, rasa cemas yang berkepanjangan dan sulit dikendalikan, dan cenderung menimbulkan tekanan emosional yang lebih parah dan mengganggu aktivitas sehari-hari.Â
Sedangkan kata "worries" berarti kekhawatiran terhadap hal-hal nyata dan spesifik yang menggambarkan perasaan lebih ringan dan biasanya hanya berada di pikiran saja. Kekhawatiran seperti ini bisa memotivasi seseorang untuk mencari solusi dan mengatasi masalah yang dihadapi.Â
Kembali soal 'generasi cemas' tadi. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan kelompok generasi muda yang hidup dalam kondisi psikologis yang penuh kecemasan, ketakutan, dan stres yang berkepanjangan.Â
Baca juga:Â Menjilat Pada Atasan, Masih Manjur Dongkrak Karir Zaman Sekarang?
Penyebab 'Anxiuous' Pada RemajaÂ
Mengutip dari berbagai sumber, kondisi psikologis itu muncul akibat tekanan sosial, perkembangan teknologi, dan ketidakpastian masa depan.Â
Meski bisa saja kondisi kecemasan itu dipicu oleh banyak faktor, tapi generasi cemas muncul terutama akibat tekanan media sosial yang 'menuntut' seseorang untuk tampil sempurna, cyberbullying, rasa takut ketinggalan tren (FOMO), serta overload informasi negatif yang mengganggu kesehatan mental mereka.Â
Akibatnya, generasi ini mengalami kegelisahan, rasa tidak pernah cukup, dan sulit beradaptasi secara mental dengan perubahan zaman yang cepat.
Kecemasan pada remaja yang berkaitan dengan media sosial bisa disebabkan oleh perilaku remaja yang suka membandingkan dirinya dengan orang lain. Mereka melihat orang lain lebih sukses, lebih cantik, atau lebih populer di media sosial. Situasi itu menurunkan rasa percaya diri mereka dan mulai memunculkan rasa tidak puas terhadap dirinya sendiri.