Mohon tunggu...
Krismas Situmorang
Krismas Situmorang Mohon Tunggu... Teacher St Bellarminus-Jakarta, Freelancer Writer, Indonesian Blogger

Observer of Social Interaction, Catechist in the Parish.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Usia 30 Tahun Berani Resign, Awal Kegagalan Atau Karir Makin Bersinar?

25 September 2025   20:39 Diperbarui: 25 September 2025   20:39 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah 11 tahun bekerja, kondisi perusahaan tidak baik-baik. Saya pun harus dirumahkan. Tapi, mimpi buruk tak selalu harus dimulai. Pengalaman menjadi guru terbaik dengan mengajarkan diri untuk menjadi pengusaha kecil-kecilan. Hobi memasak menjadi modal utama untuk berwira usaha selama 9 bulan.

Saya menekuni pekerjaan ketika masih bekerja sebagai karyawan. Tetapi, belajar dari kerja keras orang lain bagi saya merupakan pengetahuan tambahan. Meskipun untuk memulai usaha harus mampu melepas rasa gengsi dan malu. Banyak orang gagal di bagian ini. Akibatnya, keadaan menjadi stagnan.

Meski memasak menjadi hobi, tapi membuat masakan seperti gulai, tongseng, dan sate yang enak perlu belajar banyak. Adaptasi selama sebulan atau lebih dari 30 hari, nyaris membuat saya putus asa. Bagaimana tidak, modal usaha terus berkurang, kan. Tetapi memasuki bulan kedua, sedikit demik sedikit, sudah ada pelanggan tetap yang kemudian membuat usaha meningkat.

Jalan Tuhan tak dapat dielakkan. Saya diberi kesempatan untuk kuliah lagi. Gembira? tentu saja, tetapi tidak mudah. Saya menatap anggota keluarga yang menjadi jalan keputusan untuk memasuki bangku kuliah lagi. Selama 4 tahun berjuang sambil menjalani usaha di rumah bersama isteri. 

Tidak banyak, dan cenderung pas-pasan untuk keluarga. Kuliah selesai, musim Covid-19 datang. Duh... saya kalau ingat kisah ini seperti menonton film kehidupan tentang jatuh dan bangun yang berulang-ulang. Sulit membayangkan jika keadaan lebih buruk dari saat itu.  

Yang sulit saya pahami adalah soal keberuntungan. Tiga bulan pasca Covid-19, saya mendapatkan tawaran bekerja. Ini sungguh rezeki keluarga. Dari sinilah kehidupan terus membaik, bahkan saya bisa menyelesaikan studi S2 berkat pekerjaan ini. 

Ada banyak saluran berkat yang ditunjukkan oleh Tuhan kepada saya dan keluarga. Saya melalui masa-masa sulit itu, berpindah kerja beberapa kali bukanlah keinginan diri, tapi kondisi yang memaksa demikian. 

Baca juga: Tidur Larut Malam: Apa Jadinya pada Tubuh dan Sistem Memory?

Saya merefleksikan pengalaman itu sebagai pembelajaran hidup yang sangat berharga. Keberuntungan tidak harus jadi alasan membuat keputusan pindah karir. Orang harus berpikir matang sebelum memutuskan berpindah karir. 

Selalu bersyukur atas rencana dan pemberian Tuhan. Ada banyak riak, dinamika persoalan yang dihadapi, dan itu tidak mudah untuk dilewati. Saya tidak meminta untuk pindah pekerjaan ketika itu karena saya tahu, saya belum mapan.

Memang, kini saya mengambil banyak pelajaran dari pengalaman hidup saya itu. Rencana hidup setiap orang berbeda. Ada yang lancar-lancar saja dengan satu pekerjaan selama puluhan tahun. Ada yang harus berganti-ganti tempat kerja seperti saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun