Di Yogyakarta hal utama yang menyebabkan kesepian pada warganya adalah faktor domisili kos yang jauh dari keluarga sehingga merasa sendirian.Â
Selain itu, tingginya jumlah rumah tangga yang terdiri dari satu orang (one person household)Â misalnya lansia yang tinggal sendiri.Â
Proporsi jumlah lajang juga cukup tinggi selain fenomena pernikahan jarak jauh (long distance marriage). Dan, meski kecil, angka pengangguran juga ikut mempengaruhi.Â
Jadi, kombinasi anak kos, lansia, lajang, dan kondisi sosial ekonomi inilah yang membuat Yogyakarta menjadi wilayah paling rentan kesepian.
Di Jakarta Pusat, tingginya indeks kesepian dipicu banyaknya pekerja perantau yang tinggal sendiri dan jauh dari keluarga, sehingga merasa kesepian meski berada di pusat kota yang ramai.Â
Pada generasi muda saat ini, kesepian biasanya terkait soal konflik sosial, minimnya teman dekat, dan penggunaan gadget berlebihan.
Semua penyebab kesepian ini secara langsung atau tidak langsung, bisa berdampak cukup serius nih. Misalnya, Â memicu gangguan kesehatan mental seperti depresi, ansietas, dan stres. Meningkatnya risiko penyakit fisik naik.Â
Saya pernah mendengar, terkait dampak bagi jantung, dampak dari kesepian itu setara dengan merokok 15 batang sehari, lho. Â Bagi orang yang mengalami demensia dan alzheimersa, tentu bisa memperburuk risiko dan kelangsungan hidup karena terjadi peningkatan hormon stres yang berkelanjutan yang mengganggu kerja sistem jantung dan emosi.
Baca juga:Â Social Comparison : Motivasi Berkembang Di Balik Sikap Penghakiman Diri
Lalu, ada nggak cara mencegah dampak kesepian ini? Beberapa usulan ini bisa jadi pilihan termasuk juga buat kamu yang nge-kost jauh dari keluarga, Misalnya, aktif dalam komunitas sosial atau kegiatan lain yang bisa membuat circle pertemanan lebih luas.Â
Pemanfaatan teknologi komunikasi yang lebih efektif bisa juga dilakukan dengan cara ngobrol rutin sama keluarga dan teman, jangan cuma chat tapi video call juga.