Menariknya, sekitar 20-27% remaja dan dewasa muda di Indonesia, termasuk Jakarta, pada usia antara 19-29 tahun, merasa kesepian. Sebanyak 34% siswa SMA di Jakarta punya masalah kesehatan mental, dan lebih dari 20% di antaranya merasa kesepian. Â
Menanggapi fenomena ini, saya sering menemukan anggapan bahwa kesepian merupakan sebuah situasi yang wajar. Saya pun dulu berpikir demikian. Â
Memang benar, dalam skala yang lebih kecil tidak terlalu mempengaruhi diri seseorang. Tetapi, bagaimana dengan kesepian yang berkepanjangan?
Baca juga:Â Tikar Meja Makan: Tempat Melanjutkan Tradisi dan Membangun Ikatan Keluarga
Nah, hal ini yang sering orang-orang tidak sadari, bahwa kesepian bisa membuat seseorang depresi dan stres. Bagaimana tidak. Rasa terasing dan isolasi diri bisa membuat kesehatan mental terganggu dan kualitas hidup menurun.
Saya teringat salah satu lagu lawas yang dinyanyikan oleh Slank pada tahun 1993, yang berjudul Terbunuh Sepi. Lagu ini memberi gambaran tentang perasaan kesepian seseorang yang begitu mendalam hingga terasa mematikan.Â
Penyanyi juga mengungkapkan bahwa bahkan di tengah keramaian kota, perasaan sepi yang dirasakan tetap terasa menyakitkan.
Secara fisik, kesepian bisa mengganggu kualitas tidur. Seperti yang kita tahu, kurang tidur bisa mebuat kondisi tubuh menurut hingga sakit.
Secara psikologis, kurang tidur bisa mempengaruhi mood dan kondisi emosional seseorang. Jadi, kesepian bukan soal fisik atau perasaan saja, tapi diri secara keseluruhan.
Saya melihat ada 3 hal yang mempengaruhi orang sehingga merasa kesepian, yaitu: gaya hidup, minimnya interaksi tatap muka, dan ketergantungan pada gadget.