Mohon tunggu...
Kris Ibu
Kris Ibu Mohon Tunggu... Penulis - Sementara bergulat

Mulailah dengan kata. Sebab, pada mulanya adalah kata.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Sabda (III)

21 November 2017   10:56 Diperbarui: 21 November 2017   11:05 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sebagai pintu menuju kesimpulan perjalanan. Bukit adalah petitih semesta seorang raja. 

Bagi seorang hamba lautan dan ladang sudah lebih cukup dari remah-remah di meja 

tuan. Kita sama-sama bahasa perumpamaan dalam sebuah Mezbah yang tak pernah

luput menjatuhkan hujan bagi yang terkecil dan terbesar. Di antara bilangan yang

terbuang masing-masing kita seperti benih yang dihamburkan pada langit. Benih yang

baik tumbuh dalam diri seorang anak kecil. Sebagai pintu, bukit mengucapkan selamat 

datang kepada kandang domba dan kambing. Tak ada kiri atau kanan bagi gandum dan

ilalang di kebun musim. Pergilah. Serigala mengintaimu seperti pencuri dan malam hari. 

Di jalan-jalan kau menemukan banyak tuaian di pasar-pasar, berilah dua peser yang 

pernah kau terima itu. Ingatlah, di bukit ini Aku memintamu beribadah kepada ingatan akhir zaman.

#Pavilium Ludovikus, 21 November 2017.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun