Mohon tunggu...
Kris Banarto
Kris Banarto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati Bisnis dan Humaniora

Penulis buku: Transformasi HRD dalam Bisnis (Deepublish, 2021). Ketika Kita Harus Memilih (Gunung Sopai, 2022). Rahasia Sukses Bisnis Modern (Deepublish, 2022). Merajut Keabadian (Bintang Semesta Media, 2023). Kupas Tuntas Bisnis Properti (Deepublish, 2024). Website: www.ManajemenTerkini.com.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

SBY Bela Jokowi dan Ragukan AHY

27 Februari 2021   11:28 Diperbarui: 27 Februari 2021   15:12 698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Joko Widodo-SBY dan AHY (Kolase Tribun Jabar (Instagram/jokowi/agusyudhoyono dan demokrat.or.id)

"Apa yang kamu lakukan memiliki dampak jauh lebih besar daripada apa yang kamu katakan." -- Stephen Covey.

Penulis buku 'The Seven Habits of Highly Effective People' itu mengingatkan kita akan pentingnya tindakan kongkret yang jauh lebih penting daripada sebuah perkataan.

Namun di era digital saat ini pernyataan menjadi mudah disampaikan melalui media komunikasi yang tersedia dan langsung sampai kepada masyarakat.

Rupa-rupanya konflik di Partai Demokrat masih berlanjut setelah Ketua Majelis Tinggi partai yang nota bene Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) turun tangan.

SBY berpendapat bahwa gerakan kudeta partai berlogo bintang mercy itu telah mencatut nama pejabat negara, sehingga menyinggung nama baik Presiden Joko Widodo yang integritasnya tidak perlu diragukan.

Hal ini sangat berbeda dengan pernyataan yang disampaikan sebelumnya oleh putranya sekaligus Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Dalam konferensi pers yang digelar tanggal 1 Februari 2021 itu AHY mengatakan adanya upaya kudeta yang dilakukan oleh pejabat penting di pemerintahan Presiden Joko Widodo.

Atas pertimbangan itu maka AHY berkirim surat kepada Jokowi untuk meminta klarifikasi dan konfirmasi. Tetapi pihak istana hanya menjawab secara lisan melalui Menteri Sekretaris Negara, Pratikno.

"Istana tidak perlu untuk menjawab surat tersebut karena merupakan permasalahan dan dinamika yang terjadi pada internal partai" ujar Pratikno.

Selanjutnya SBY juga meyakini nama-nama pejabat yang sempat disebut dalam upaya kudeta seperti Menko Polhukam Mahfud MD, Menkum HAM Yasonna Laoly, Ketua BIN Budi Gunawan dan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, hanyalah nama-nama yang dicatut.

Tanggapan Max Sopacua

Alih-alih menengahi permasalahan di Partai Demokrat, SBY malah mendapatkan kritik dari mantan salah satu pendiri partai Max Sopacua.

"Dengan SBY turun tangan memperlihatkan publik, SBY ikut meragukan kepemimpinan AHY," kata Max Sopacua.

Menurutnya Ketua Umum AHY mempunyai otoritas untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi partai dan bukan dilakukan oleh Ketua Majelis Tinggi SBY. Max mungkin kesal sebagai akibat dirinya dikaitkan terlibat dalam upaya kudeta tersebut.

Beban Moral SBY

Apa yang dilakukan SBY sebenarnya ingin menjernihkan suasana dan bertujuan untuk mempersempit konflik supaya tidak melebar. SBY secara implisit meminta maaf kepada Presiden Joko Widodo dan stafnya yang sempat dikaitkan dengan gerakan kudeta partainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun