Mohon tunggu...
Krisanti_Kazan
Krisanti_Kazan Mohon Tunggu... Learning facilitator

Mencoba membuat jejak digital yang bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Matematika Itu Gaya Pikir: Kenapa Semua Ilmu Butuh Logika

17 April 2025   16:14 Diperbarui: 17 April 2025   16:14 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Aduh, gue tuh dari dulu nggak nyambung sama matematika!"

Pernyataan seperti ini sering kita dengar---atau bahkan pernah kita ucapkan sendiri. Matematika sering kali dianggap sebagai momok, identik dengan angka-angka rumit, rumus yang bikin pusing, dan soal-soal yang terlihat jauh dari kehidupan nyata. Padahal, tanpa sadar, kita menggunakan cara berpikir matematis setiap hari.

Saat kamu membandingkan harga barang di dua toko online, menyusun rencana perjalanan biar hemat waktu, atau bahkan saat menentukan langkah terbaik dalam menyelesaikan masalah---kamu sedang menggunakan penalaran logis, sistematis, dan kritis. Ya, kamu sedang "bermatematika", meski tanpa simbol angka atau persamaan rumit.

Matematika sejatinya bukan hanya tentang hitung-hitungan. Ia adalah gaya berpikir. Suatu kemampuan untuk melihat pola, membuat prediksi, membangun argumen yang logis, dan mengambil keputusan secara rasional. Inilah mengapa penalaran matematis menjadi fondasi penting dalam memahami berbagai bidang ilmu, mulai dari sains, ekonomi, hingga bahasa.

Artikel ini akan mengajak kamu melihat sisi lain dari matematika---bukan sebagai pelajaran yang menakutkan, tapi sebagai alat berpikir yang justru kita gunakan setiap hari. Karena kenyataannya, semua ilmu butuh logika. Dan logika adalah jantung dari matematika.

Matematika sebagai Gaya Pikir

Banyak yang mengira matematika itu soal angka, rumus, dan simbol. Padahal, di balik semua itu, matematika sesungguhnya adalah cara berpikir. Ia melatih kita untuk berpikir runtut, terstruktur, dan tidak lompat-lompat dalam menyusun argumen atau memecahkan masalah.

Dalam matematika, setiap kesimpulan harus bisa ditelusuri dari premis yang jelas. Setiap langkah punya alasan. Ini sama persis dengan cara kita menyusun strategi dalam hidup---misalnya saat mengatur anggaran bulanan, memilih jurusan kuliah, atau bahkan saat menyusun argumen dalam diskusi. Kita perlu menimbang pilihan, menganalisis konsekuensi, dan memilih solusi terbaik berdasarkan data dan logika.

Bayangkan kamu ingin membuka usaha kecil-kecilan. Kamu tentu perlu memperhitungkan modal, proyeksi keuntungan, peluang risiko, dan strategi pemasaran. Semuanya membutuhkan penalaran yang logis dan sistematis. Itu adalah penalaran matematis, walau tanpa menyebutkan "x" dan "y".

Penalaran matematis artinya berpikir masuk akal. Bukan berdasarkan perasaan semata, bukan juga asal nebak. Ini adalah kebiasaan berpikir yang dibentuk lewat proses panjang---dan matematika adalah pelatihan terbaik untuk itu.

Penalaran Matematis dalam Ilmu Lain

Sering kali kita mengkotak-kotakkan pelajaran di sekolah: matematika ya matematika, kimia ya kimia, sosiologi ya sosiologi. Padahal, jika kita cermati lebih dalam, penalaran matematis menyusup ke hampir semua bidang ilmu---baik eksakta, sosial, maupun humaniora.

a. Ilmu Alam (Sains)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun