Mohon tunggu...
Krisanti_Kazan
Krisanti_Kazan Mohon Tunggu... Teman belajar

Mencoba membuat jejak digital yang bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Mindset Shift: Zona Nyaman Bukan buat Dicari, tapi Diciptakan Bahkan dari Ketidaknyamanan

8 April 2025   15:19 Diperbarui: 10 April 2025   00:11 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: istockphoto

Beberapa waktu terakhir, saya sering dengar keluhan yang nadanya serupa entah dari teman dekat, saudara, atau bahkan diri saya sendiri. 

"Kerja capek banget, tapi ya mau gimana, belum bisa resign."
Atau yang lebih jujur, "Pengen keluar, tapi takut nggak bisa bayar cicilan."

Fenomena ini nggak cuma dialami satu-dua orang. Banyak dari kita yang sebenarnya sedang berada di titik jenuh. Bukan karena pekerjaan kita buruk, tapi karena tubuh dan pikiran kita mulai lelah dengan rutinitas yang itu-itu saja. Bangun pagi, kerja sampai malam, lalu pulang hanya untuk istirahat sebentar sebelum semuanya diulang lagi. Lama-lama kita mulai bertanya, "Ini hidup atau sekadar bertahan?"

Zona nyaman yang katanya harus dicari, rasanya makin jauh. Tapi anehnya, resign juga bukan pilihan yang bisa dengan mudah diambil. Karena kenyataannya, hidup tetap butuh uang, dan mimpi tetap butuh biaya.

Maka muncullah pertanyaan yang lebih penting: kalau zona nyaman sulit ditemukan, mungkin kita memang harus belajar menciptakannya... bahkan di tengah ketidaknyamanan.

Realita yang Harus Diterima

Tidak semua orang punya kemewahan untuk berhenti sejenak dan mengambil jeda panjang. Banyak dari kita yang hidup dalam realita di mana bekerja bukan lagi soal passion, tapi kebutuhan. Bukan karena tidak punya mimpi, tapi karena mimpi pun butuh biaya untuk diwujudkan.

Saya punya teman yang sudah beberapa tahun mengeluh soal pekerjaannya. Katanya sudah tidak ada tantangan, lingkungan kerja toksik, dan semangat pun terus menurun. Tapi setiap kali ditanya, "Kenapa nggak coba cari yang lain?", jawabannya selalu sama, "Belum siap. Nggak ada tabungan, dan takutnya malah lebih parah."

Lalu ada juga kenalan saya---seorang ibu muda yang kembali bekerja setelah cuti melahirkan. Katanya, rasanya seperti dihantam dua dunia: di rumah capek urus anak, di kantor mental dikuras habis. Tapi apa boleh buat? Suaminya belum cukup menanggung semua kebutuhan rumah tangga.

Cerita-cerita seperti ini nyata. Bukan drama. Dan kalau kita jujur, mungkin kita juga sedang hidup di dalam salah satu dari cerita itu.

Akhirnya, kita bertahan. Kita belajar meredam emosi, mengatur napas, dan menyusun strategi agar tetap waras. Karena pada titik ini, bertahan bukan lagi bentuk kelemahan, tapi bagian dari keberanian.

Mindset Shift: Dari Cari ke Cipta

Bertahun-tahun kita dicekoki dengan kalimat motivasi seperti "Carilah zona nyamanmu" atau "Temukan tempat yang bikin kamu bahagia." Tapi realitanya, mencari zona nyaman di dunia kerja itu seperti mencari bangku kosong di KRL jam pulang kantor, kalaupun ada, kita harus berjuang dulu, dan belum tentu pas buat kita.

Lalu bagaimana kalau sebenarnya zona nyaman itu bukan untuk dicari, tapi diciptakan?

Zona nyaman bukan tentang tempat yang segalanya ideal. Bukan tentang atasan yang selalu pengertian atau rekan kerja yang selalu supportif. Kadang zona nyaman itu terbentuk saat kita berhasil menemukan cara untuk tetap merasa cukup meskipun keadaan di sekitar belum sepenuhnya ideal.

Saya belajar hal ini pelan-pelan. Awalnya karena terpaksa. Karena resign bukan pilihan. Tapi lama-lama, saya mulai melihat bahwa rasa nyaman bisa tumbuh saat saya mulai mengenali pola-pola kecil yang membuat saya stres, lalu mencoba mengelolanya. Saat saya berhenti berharap semua akan berubah, dan mulai menyesuaikan diri dengan cara yang sehat.

Zona nyaman bisa muncul ketika:

  • Kita mulai punya kendali atas cara kita merespons tekanan,
  • Kita menetapkan batasan,
  • Kita menemukan sedikit saja alasan untuk tetap bersyukur setiap harinya.

Dan pada akhirnya, zona nyaman bukan tentang segalanya jadi lebih mudah, tapi saat diri kita jadi lebih kuat untuk menghadapinya.

Tips Menciptakan Zona Nyaman dari Ketidaknyamanan

Menciptakan zona nyaman bukan soal sulap yang bisa bikin semua jadi menyenangkan dalam semalam. Tapi dengan langkah-langkah kecil yang konsisten, kita bisa pelan-pelan membangun ruang aman di tengah segala tuntutan.

Berikut beberapa hal sederhana yang bisa membantu:

1. Temukan Ritme Harian yang Menenangkan

Punya rutinitas kecil yang bikin hati lebih tenang bisa jadi penyelamat. Entah itu minum kopi sambil denger musik pagi, journaling lima menit sebelum tidur, atau sekadar menyisihkan waktu untuk makan siang dengan tenang tanpa buka laptop.

2. Kenali Apa yang Membuat Tidak Nyaman

Terkadang kita cuma merasa sumpek, tapi nggak tahu penyebabnya. Luangkan waktu untuk refleksi apakah karena beban kerja yang terlalu banyak, komunikasi yang buruk, atau ekspektasi yang tidak realistis? Setelah tahu sumbernya, baru kita bisa mulai cari solusi.

3. Tegaskan Batasan

Belajar berkata "tidak" itu perlu. Tidak semua hal harus kita iyakan. Kita punya hak atas waktu dan energi kita sendiri. Menjaga batasan bukan berarti tidak loyal, tapi justru bentuk menjaga performa dan kewarasan.

4. Bangun Sistem Dukungan

Punya satu atau dua orang yang bisa diajak ngobrol tanpa dihakimi itu sangat berharga. Entah itu sahabat, pasangan, rekan kerja yang bisa dipercaya, atau bahkan komunitas online yang saling support. Jangan jalan sendiri.

5. Cari Makna Kecil dari Pekerjaan

Tidak semua orang bekerja di tempat impian. Tapi kadang makna bisa ditemukan dari hal-hal sederhana: membantu rekan kerja, menyelesaikan tugas dengan baik, atau melihat hasil kerja kita berdampak pada orang lain. Temukan alasan untuk tetap merasa berguna.

Zona nyaman tidak harus sempurna. Tidak harus bebas tekanan. Tapi saat kita punya cukup ruang untuk bernapas, berpikir, dan merasa bahwa apa yang kita lakukan berarti itu sudah cukup untuk disebut nyaman.

***

Pada akhirnya, hidup tidak selalu memberi kita pilihan yang mudah. Kadang, kita harus tetap berjalan di jalan yang tidak ideal, sambil mencari cara agar kaki kita tetap kuat melangkah.

Menciptakan zona nyaman dari ketidaknyamanan bukan soal pasrah. Tapi tentang keberanian untuk berdamai. Untuk tetap memilih waras meski dunia tidak selalu ramah. Untuk tetap bertumbuh, bahkan saat situasi tak mendukung sepenuhnya.

Dan kalau hari ini kamu sedang merasa lelah, jenuh, atau ingin menyerah itu wajar. Kamu tidak sendiri. Banyak dari kita sedang melalui hal yang serupa, dengan cara yang berbeda-beda.

Yang penting, jangan berhenti mencoba. Jangan berhenti merawat diri. Karena zona nyaman itu bukan tujuan akhir tapi proses yang terus kamu bangun, sedikit demi sedikit, setiap hari.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun