Mohon tunggu...
Krisanti_Kazan
Krisanti_Kazan Mohon Tunggu... Guru - Learning facilitator in SMA Sugar Group

Mencoba membuat jejak digital yang bermanfaat dan bercita² menghasilkan karya buku solo melalui penerbit mayor. (Learning facilitator di Sugar Group Schools sejak 2009, SMA Lazuardi 2000-2008; Guru Penggerak Angkatan 5; Pembicara Kelas Kemerdekaan di Temu Pendidik Nusantara ke 9; Pemenang Terbaik Kategori Guru Inovatif SMA Tingkat Provinsi-Apresiasi GTK HGN 2023; Menulis Buku Antologi "Belajar Berkarya dan Berbagi"; Buku Antologi "Pelita Kegelapan"; Menulis di kolom Kompas.com; Juara II Lomba Opini Menyikapi Urbanisasi ke Jakarta Setelah Lebaran yang diselenggarakan Komunitas Kompasianer Jakarta)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berjuang dan Bersuara Melalui Syair Puisi

28 April 2024   18:44 Diperbarui: 1 Mei 2024   04:45 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanggal 27 April 2024, para pecinta sastra Indonesia merasa kehilangan sosok penyair yang unik. Joko Pinurbo adalah seorang penyair Indonesia kontemporer yang dikenal karena karya-karyanya yang kreatif, lucu, dan seringkali mengandung sindiran terhadap keadaan sosial dan politik di Indonesia. Lahir pada tahun 1962, Joko Pinurbo telah menjadi salah satu figur yang paling dihormati dalam dunia sastra Indonesia.

Karya-karya puisi Joko Pinurbo seringkali memadukan bahasa sehari-hari dengan pemikiran yang mendalam, menciptakan suasana yang unik dan mengundang refleksi. 

Melalui puisi-puisinya, ia sering mengkritik secara halus berbagai masalah yang dihadapi oleh masyarakat, seperti korupsi, ketidakadilan, dan kebingungan identitas dalam era modern. 

Salah satu ciri khas dari karya Joko Pinurbo adalah humor yang cerdas dan ironi yang tersembunyi di dalamnya. Dia mampu menyampaikan pesan-pesan serius melalui kata-kata yang lucu dan sederhana, sehingga karya-karyanya dapat dinikmati oleh berbagai kalangan pembaca.

Sebagai salah satu penyair terkemuka Indonesia, Joko Pinurbo telah menerima berbagai penghargaan atas kontribusinya dalam bidang sastra. Karya-karyanya terus menginspirasi dan merangsang pemikiran bagi generasi pembaca baru, serta menyumbangkan suara yang berharga dalam mewarnai panorama sastra Indonesia kontemporer.

Meskipun kritis terhadap kondisi sosial-politik di Indonesia, karya-karya Joko Pinurbo juga sering kali menghadirkan keindahan dalam kehidupan sehari-hari, seperti cinta, kebersamaan, dan kebahagiaan. Ia memadukan unsur-unsur tersebut dengan kepiawaiannya dalam bermain dengan kata-kata, menciptakan puisi-puisi yang menyentuh dan menghibur.

Selain Joko Pinurbo, ada beberapa sastrawan Indonesia yang juga sering menyuarakan kritiknya melalui media puisi. Kritik terhadap kebijakan pemerintah telah menjadi bagian penting dari sejarah Indonesia, dan syair puisi telah menjadi salah satu alat utama dalam mengekspresikan ketidakpuasan dan pembangkangan terhadap kebijakan yang dianggap tidak adil atau merugikan rakyat. Puisi telah lama menjadi medium yang kuat untuk menyuarakan kritik terhadap kebijakan pemerintah dan kondisi sosial-politik. 

Di Indonesia, banyak penyair telah menggunakan kekuatan kata-kata mereka untuk mengekspresikan ketidakpuasan mereka terhadap kebijakan yang dianggap tidak adil atau merugikan masyarakat. 

Bagaimana para penyair Indonesia menggunakan karya-karya puisi sebagai bentuk protes?

Kreativitas Budaya Sebagai Bentuk Perlawanan
Dalam sejarah Indonesia, seni dan sastra telah menjadi medan pertempuran bagi ideologi dan kebijakan pemerintah. Pada masa penjajahan Belanda, puisi-puisi anti-kolonial seperti karya Chairil Anwar dan Sitor Situmorang menjadi simbol perlawanan terhadap penindasan. Kemudian, pada era Orde Baru di bawah pemerintahan Soeharto, karya-karya penyair seperti W.S. Rendra dan Taufiq Ismail mencerminkan ketidakpuasan terhadap otoritarianisme dan pelanggaran hak asasi manusia.

Menghadapi Tantangan
Meskipun karya-karya seperti puisi seringkali dianggap sebagai bentuk protes dan pembangkangan, para penyair sering kali menghadapi risiko dan tantangan serius dalam menyuarakan kritik mereka. Di bawah rezim otoriter, karya-karya penyair dapat dianggap sebagai ancaman bagi kekuasaan, dan para penyair sering menghadapi intimidasi, penangkapan, atau bahkan pengasingan.

Siapa Saja Contoh Tokohnya?

W.S. Rendra (1935-2009)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun